Tuesday, 27 August 2013

Timor Leste Menyesal Merdeka dari Indonesia !



* Minsera.Blogspot.com *
 Psikolog politik dari Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk mengatakan berbagai konflik politik yang terus-menerus terjadi di Negara Timor Leste menunjukkan bahwa untuk mendirikan sebuah negara itu tidak mudah.
"Setelah keluar dari Indonesia, hingga kini elit Timor Leste terus saja berseteru untuk berbagai hal. Secara psikologi politik, ini menunjukkan bahwa membentuk suatu negara itu tidak mudah. Bahkan dari berbagai pernyataan elit Timor Leste, terlihat rasa penyesalan setelah berpisah dengan Indonesia," kata Hamdi Muluk, di gedung DPR, Senayan Jakarta, Senin (26/8).
Mereka lanjut Hamdi, baru saat ini sadar kalau membikin suatu rumah besar itu ternyata sulit. Beda saat mereka masih di NKRI. Menurut Hamdi, semuanya disediakan.
Beda halnya dengan proses terbentuknya NKRI. Menurut Hamdi, NKRI ini ada karena keinginan dari seluruh nusantara untuk bersatu dalam satu kesatuan yang kita kenal NKRI melalui Sumpah Pemuda pada  tanggal 28 Oktober 1928.
"Bahwa ada penyelenggara NKRI yang terindikasi korupsi dan mengelola negara tidak berpedoman kepada konstituasi, itu soal lain lagi. Ibarat organisasi, itu yang bermasalah pengurusnya, bukan organisasinya. Pengurus bisa saja diganti berdasarkan konsensus nasional. Tapi yang namanya NKRI harus tetap berdiri tegak karena Sumpah Pemuda itu," ungkap Hamdi Muluk.
Dia yakin dan optimis Indonesia utuh sampai kapan pun karena motivasi mendirikan NKRI didasari atas satu kesadaran, bukan paksaan. "Problem kita sekarang kan pengurusnya yang tidak kapabel. Ini saja mestinya yang dibenahi. Jangan rumahnya yang dibakar," harap Profesor Hamdi Mulu.

Tidak Ada Perlombaan Senjata di ASEAN


* Minsera.Blogspot.comNiat Indonesia untuk memiliki satu skuadron helikopter Apache dari Amerika Serikat (AS), bukan sebuah tanda adanya perlombaan senjata di ASEAN. Hal ini disampaikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

Menurut Purnomo, ASEAN tidak membutuhkan senjata. Sebagai sebuah komunitas, ASEAN sangat menyatu antara satu dengan lainnya.

"Mengenai perlombaan senjata, saya tidak percaya itu ada di antara negara anggota ASEAN. ASEAN benar-benar menyatu dan kami terus saling bertukar pikiran dalam ASEAN Defence Minister," tutur Menhan Purnomo, di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta, Senin (26/8/2013).


Mengenai rencana Indonesia untuk memoderenisasi senjatanya, hal ini bukan berarti bahwa Indonesia bersiap untuk melawan negara ASEAN lainnya.

"Jika Anda melihat Singapura, Malaysia dan Thailand dan sebagian negara ASEAN lainnya mengalami peningkatan ekonomi. Sebagian dari dana mereka, disisihkan untuk memoderenisasi militer mereka," lanjutnya.

Menurut menhan memoderenisasi militer bukan berarti perlombaan senjata. Militer bukan berarti digunakan untuk perang, tetapi juga selain perang seperti bantuan saat bencana.

Selain itu, Menhan Purnomo menjelaskan bahwa ASEAN memiliki piagam yang menyebutkan bila salah satu negara anggota memiliki masalah dengan negara anggota lain, maka diupayakan ASEAN Spirit.


Bagi Purnomo, ASEAN Spirit adalah duduk, berbicara dan memecahkan permasalahan. Hal tersebut dapat dicontohkan dalam masalah perbatasan antara Kamboja dan Thailand. 

Sumber: 
http://www.okezone.com/

AH-64E Apache Block III RI Akan Tiba Mulai Oktober 2014


* Minsera.Blogspot.comKesepakatan penjualan senjata disampaikan pejabat pertahanan Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (26/8). "Kami sedang merinci lebih lanjut pengiriman dan waktu pelatihannya dari sekarang".


Selasa, 27-08-2013
Kementerian Pertahanan menegaskan pembelian delapan unit helikopter serang Apache AH-64E berjalan dengan lancar. Kementerian juga meyakinkan bahwa pembelian helikopter serang ini tidak ada intervensi dari negara penjual, Amerika Serikat, dalam penggunaannya kelak. 

"Tidak ada, dalam kebijakan kami membeli alutsista tidak boleh ada syarat pendektean penggunaan," kata Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin kepada wartawan saat ditemui usai menerima Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Charles Hagel, di Jakarta, Senin, 26 Agustus 2013. 

Begitu pula pengakuan Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro. Menurut dia, dalam nota perjanjian pembelian yang dia tandatangani tidak ada paksaan Amerika Serikat dalam penggunaan Apache. 

Dia pun berjanji tak ada materi serupa dalam detil kontrak yang bakal disusun secepatnya. Sayang, Purnomo tak mau menyebutkan isi klausul kontrak yang akan diajukan Indonesia. "Yang jelas dalam kontrak itu ada klausul waktu pembayaran dan pengiriman." 

Selain itu, Purnomo juga menyebut pembelian helikopter serang Apache satu paket dengan pelatihan pilot. Sejumlah penerbang helikopter TNI Angkatan Darat nantinya akan dikirim ke Amerika Serikat untuk mengikuti serangkaian pelatihan menerbangkan Apache. 

Dalam pembelian ini, dia melanjutkan, Indonesia juga akan menerima sejumlah senjata yang bisa dipasangkan ke Apache. "Detil senjatanya pihak TNI AD yang tahu," kata Purnomo. 

Mengenai besaran harga pembelian delapan unit helikopter Apache, baik Purnomo dan Sjafrie tutup mulut. Wakil Menteri Sjafrie Sjamsoeddin hanya menyebut pembelian menggunakan duit negara melalui mekanisme peminjaman. "Nanti efektif proses pengirimannya Oktober 2014," kata Sjafrie. 

Sebelumnya, pengamat militer Rizal Dharma Putra menyebut ada beberapa resiko membeli alutsista milik Amerika Serikat. Resiko itu mulai dari embargo suku cadang dan senjata, hingga intervensi penggunaan alutsista.

Amerika Serikat melarang penggunaan alat perang mereka untuk operasi militer lokal. Sebagai contoh pesawat OV-10 Bronco Indonesia yang merupakan hibah dari Amerika Serikat tak boleh digunakan dalam operasi militer di Aceh beberapa tahun lalu.

Sumber: 
Kontan

Independence Day Run


* Minsera.Blogspot.comDalam acara Independence Day Run (25/8) juga terdapat pasukan "Tough Warriors" yang berlari dengan rute 17 Kilometer. Mereka masing-masing berlari mengenakan pakaian dinas lapangan lengkap dengan membawa tas ransel seberat 17 kilogram. Pasukan "Tough Warriors" dipimpin oleh putra sulung Presiden SBY, Mayor Infanteri Agus Harimurti Yudhoyono, yang kemudian pada saat finish secara simbolis menyerahkan bendera Merah Putih kepada Presiden SBY.


Sumber: 
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=559577640774848&set=a.532904866775459.1073741828.512463078819638&type=1&theater

Opini Sesat Pejuang OPM Manfaatkan Kunjungan Delegasi MSG


* Minsera.Blogspot.comPresiden Susilo Bambang Yudhoyono, Senin (12/8) di Istana Bogor, menerima kunjungan Perdana Menteri Kepulauan Solomon, Gordon Darcy Lilo. Dalam pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, PM Lilo menyampaikan apresiasinya atas apa yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia terhadap Papua. Apresiasi positif itu lantaran PM Lilo sudah melihat sendiri berbagai kemajuan di Papua, ketika diberikan kesempatan mengunjungi provinsi tersebut oleh Pemerintah Indonesia.

Apresiasi positif Pemerintahan Kepulauan Solomon terkait kemajuan pembangunan di Papua ini, setidaknya membongkar kebohongan-kebohongan sempalan OPM di luar negeri dan dalam negeri. Mereka selama ini begitu gencar membuat opini-opini negatif terkait kondisi Papua. Kebohongan mereka ini bagian dari strategi untuk mendapatkan dukungan dan simpati internasional. Aksi tebar kebohongan ini juga bagian dari upaya untuk meng-cover aksi-aksi perlawanan bersenjata mereka di Papua.

Sebenarnya momentum kunjungan salah satu delegasi anggota MSG (Melanesian Spearhead Group) ke Indonesia untuk memantau secara langsung kondisi di Papua. Dengan kunjungan ini diharapkan adanya kesan negatif dari pemerintahan Solomon atas perlakuan Indonesia terhadap Papua. Celakanya yang terjadi malah sebaliknya, Pemerintahan Solomon melalui Perdana Menterinya melihat kenyataan yang berbeda. Indonesia dinilai begitu memperhatikan kondisi pembangunan di tanah Papua.

Berbagai macam pola dan strategi OPM merupakan ancaman bagi kedaulatan Indonesia. Ingat Papua tetap bagian dari Negara Kesatuan Indonesia, dunia internasional melalui lembaga PBB mengakuinya. Ketegasan diperlukan bagi mereka yang nyata-nyata merongrong kedaualatan negeri ini.

Sumber: Hati Nurani dan Kecintaan Masyarakat Papua Terhadap Ibu Pertiwi Indonesia