Tuesday, 1 April 2014

TNI AU tunggu pesawat tempur generasi 4,5


* Minsera.Blogspot.comYogyakarta: Peremajaan dan modernisasi arsenal perang TNI AU terus dilakukan, di antaranya pesawat tempur pengganti F-5E/F Tiger II yang sekarang tergabung di Skuadron Udara 14, yang berasal dari generasi 4,5 atau 4,5++.

Di antara kontestan yang telah masuk ke dalam daftar pasti pengajuan adalah Sukhoi Su-35 Flanker E (Rusia), JAS-39 Gripen (Swedia), Dassault F1 Rafale (Prancis), dan Boeing-McDonnel Douglas F/A-18E/F Super Hornet (Amerika Serikat). Pengadaan arsenal baru TNI AU itu sesuai Perencanaan Strategis Pertahanan Indonesia Tahap III.
"Kami masih menunggu evaluasi dari Kementerian Pertahanan dan Markas Besar TNI. Jika ditanya, kami menginginkan generasi 4,5," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto, di Yogyakarta, Minggu.

F-5E/F Tiger II didatangkan langsung dari pabriknya di Amerika Serikat pada awal dasawarsa '80-an, dengan skema pembelian foreign military sales. TNI AU saat itu adalah pengguna perdana Tiger II di ASEAN dengan kekuatan satu skuadron udara penuh (16 unit).
Angkatan Udara Kerajaan Thailand menjadi negara kedua, yang malah membeli lebih banyak lagi Tiger II itu, dan mengembangkan kemampuan pesawat tempur kelas interseptor itu.
TNI AU sebetulnya bukan tidak mengembangkan kemampuan dan usia pakai F-5EF Tiger II itu, karena sempat ada Program MACAN yang diluncurkan pada akhir dasawarsa '90-an.Selain Thailand, Angkatan Udara Iran secara sempurna bisa mengembangkan Tiger II mereka.
Dassault Rafale 

Dassault F1 Rafale merupakan pesawat terbang tempur bermesin ganda dengan rancangan unik di dunia, berkelas multi peran --Prancis menyebut ini sebagai omnirole capability-- termasuk reconnaissance dan surveillance hingga kemampuan meluncurkan bom nuklir.
Dikembangkan dalam hanya tiga varian (B,C, dan M), komonalitas dan kompatibilitas serta kemudahan perawatan plus pengoperasian menjadi nilai tambah pesawat tempur bersayap delta dengan sayap kanard di depan bawah kokpit.
Sistem avionika dan penginderaan serta persenjataannya memakai teknologi kelas paling canggih di kelasnya, di antaranya integrasi sistem dengan pusat pengendali dan sesama penempur di udara.
JAS-39 Gripen
Adapun JAS-39 Gripen bersayap delta buatan SAAB Swedia, diketahui memiliki kemampuan tempur multiguna-interseptor berkecepatan di atas 2 Mach, dengan teknologi terkini dan menjadi salah satu arsenal andalan NATO.
JAS-39 Gripen merupakan penyempurnaan JAS-35 Vigen dan JAS-37-Drakken, dan bisa menjadi pamungkas dalam superioritas udara dari Swedia yang dikenal dengan produk-produk berkualitas tinggi itu.
Angkatan Udara Kerajaan Thailand menjadi pengguna perdana JAS-39 Gripen ini di ASEAN, sementara di dunia telah dipergunakan Angkatan Udara Kerajaan Swedia, Angkatan Udara Afrika Selatan, dan Angkatan Udara Hungaria.
F/A-18E/F Super Hornet

Sementara Boeing F/A-18E/F Super Hornet adalah pesawat tempur bermesin ganda yang didedikasikan untuk bertempur secara multiperan.Dia juga dipergunakan di Angkatan Udara Singapura, yang diimbuhi teknologi lebih canggih ketimbang versi ekspor lain dari pabrikannya.
Sukhoi Su-35 Flanker E buatan Komsomolsk-on-Amur Aircraft Production Association adalah pengembangan dari Su-27 Flanker yang ditingkatkan manuverabilitasnya dari kokpit berkursi tunggalnya dan bermesin jauh lebih kuat dari pendahulunya.
Pertama kali mengudara pada 1988, Angkatan Udara Rusia memakai Su-35 Flanker E (semula dikenal sebagai Su-27M) tim aerobatik mereka, Vityyasii Ruskiyii (Ksatria Rusia), menggantikan MiG-29.

TNI AU sudah sangat akrab dengan sistem Su-27 Flanker ini karena telah memiliki satu skuadron udara berisikan mereka, yaitu Skuadron Udara 11, yang berpangkalan di Pangkalan Udara Utama Hasanuddin, Makassar.

Kopassus Siap Operasikan Bushmaster


* Minsera.Blogspot.comJAKARTA – Sebuah Kapabilitas baru TNI-AD sudah siap dioperasikan usai Bushmaster Driver and Technician Training 24-28 February 2014. Menyusul pembelian tiga unit ranpur beroda empat buatan Thales Australia oleh TNI-AD, ‘Bushmaster’ Protected Mobility Vehicle (PMV) pada akhir tahun 2013, latihan teknis dan pendidikan untuk 25 orang pengendali dan teknisi dari KOPASSUS dan Korps Perlengkapan TNI-AD diselenggarakan di Mako Kopassus Cipatat dan PMPP, Sentul.

Dibantu dengan tiga juru bicara, terdapat tiga pelatih Australia dari Combined Arms Training Centre (CATC), Puckapunyal, dikirim dari Australia untuk memberikan pelatihan agar dapat membantu KOPASSUS dan Korps Peralatan TNI-AD untuk dapat memanfaatkan fasilitas baru Bushmaster PMV secara maksimal.

Latihan tersebut walau berformat singkat sempat mencakup seluruh aspek pengoperasian dan perawatan ranpur Bushmaster, mulai dari pengenalan karakteristik kendaraan, pemeliharaan harian, sistem elektronik, bahan bakar dan pendinginan mesin. Peserta juga diberikan pelatihan cara untuk mengandeng secara aman kendaraan yang mogok dan juga cara untuk mengendarai ranpur Bushmaster dengan kecepatan tinggi secara aman.

Para peserta pelatihan terkesan dengan kapabilitas Bushmaster PMV. “Bushmaster lebih tangkas daripada ranpur Casspir yang dimiliki oleh Satuan saya saat ini” ujar SERDA Supriyanto dari Satuan 81 KOPASSUS. “Mesin Bushmaster jauh lebih kuat dan sistem kendali operasi terasa sangat lebih ringan. Bushmaster ini juga sudah dilengkapi dengan AC dan joknya jauh lebih enak untuk diduduki” tambahnya.

Pada Upacara Penutupan pada Jumat, 28 Februari di Mako KOPASSUS Cijantung, Atase Darat Australia, Kolonel Justin Roocke, membantu inspektur upacara, Waaslog Kopassus, Letkol Octavianus Oscar. E, untuk pemasangan pin Bushmaster Driver and Technician Training pada 24 lulusan pelatihan tersebut. “Sangat membanggakan bagi saya bahwa dalam waktu yang singkat, yaitu hanya dalam lima hari saja, seluruh pelajaran yang diberikan oleh para instruktur dapat diserap secara keseluruhan oleh kalian semua” ujar Kolonel Justin pada pidatonya dihadapan para lulusan yang berkumpul pada ucara penutupan tersebut.