Monday, 17 June 2013

Rudal Jarak Menengah Masuk Daftar Belanja TNI AU Tahun 2014


* Minsera.Blogspot.com * TNI Angkatan Udara (AU) menargetkan penambahan 88 pesawat tempur, angkut, dan latin, pada 2014. Pesawat-pesawat tersebut akan melengkapi alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang sudah ada.

“Pesawat yang akan datang di antaranya T50 dan pesawat latih Grop,” ungkap KSAU, Marsekal TNI IB Putu Dunia.

Sementara untuk pesawat tempur adalah F16, Sukhoi, dan Super Tucano dan pesawat jenis angkut, yakni CN295, Hercules, serta pesawat rotor atau helikopter.

“Pesawat itu diharapkan sudah ada di Indonesia tahun depan,” tegasnya.

Selain pesawat, lanjur dia, TNI AU juga akan melengkapi alutsista modern, seperti radar pertahanan udara, peluru kendali jarak sedang, dan pesawat tanpa awak.

Strategi lain dalam membangun kekuatan TNI AU, yakni mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang akan mengawaki alutsista tersebut.

“Konsekuensi dengan bertambahnya alutsista ini yaitu harus menyiapkan SDM lebih banyak, terutama penerbang,” ungkapnya.

Menurut IB Putu Dunia, TNI AU menargetkan setiap tahun ada 40 penerbang baru, baik berasal dari lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) maupun prajurit sukarela dinas pendek (PSDP).

Selain mendidik di sekolah penerbang (Sekbang), TNI AU juga mengirim prajurit ke luar negeri.

“Dengan langkah ini, untuk penerbang maupun yang mengawaki alutsista lainnya akan terus bertambah setiap tahun,” tandasnya.


Sumber: TNI AU 

Membedah PINDAD Lewat Buku


* Minsera.Blogspot.com * Bandung Setelah sekitar 1 kilometer melaut, panser ini mencoba melakukan manuver. Pada saat bersamaan, datang ombak menerjang. Panser pun dipenuhi air laut, terbalik dan tenggelam bersama seluruh penumpangnya. Kepanikan terjadi. Tim penyelamat yang salah satunya kini menjadi Direktur Sistem Senjata, Slamet Irianto langsung melakukan upaya penyelamatan. Evakuasi penumpang panser pun dilakukan tanpa kendala berarti. "tapi, setelah semua penumpang bisa diselamatkan, Pak Budi malah tidak muncul-muncul," kata Irianto.


Demikianlah, salah satu kisah yang tertulis dalam buku 30 Tahun Pindad, Pijakan untuk kemandirian alutsista. Buku ini diperoleh ARC saat melakukan kunjungan beberapa hari lalu. Buku 30 tahun Pindad sendiri diluncurkan bertepatan dengan HUT Pindad ke-30 pada akhir april lalu.

Sekilas, tampilan buku tampak simple namun elegan. Tulisan didalamnya pun cukup informatif dan menggunakan bahasa yang mudah dicerna. Dikisahkan dengan cukup lengkap awal perjalanan Pindad dari jaman kolonial hingga kini, dihiasi dengan foto-foto tempo doeloe. Ditambahkan pula berbagai kisah menarik dibalik layar yang mungkin tak pernah kita ketahui seperti pada paragraf pertama tadi.


Data-data yang disajikan pun cukup lengkap. Seperti data grafik penjualan hingga kandungan lokal senapan serbu FNC. Bahkan kisah latar belakang terpilihnya FNC sebagai senapan serbu standar TNI pun ada. Tak ketinggalan tentunya kisah perancangan dan produksi Ranpur Anoa dan Komodo. Singkat kata, sebagai buku resmi korporasi, buku ini sangat layak dimiliki oleh seorang military fanboys.


Hanya saja ada sedikit kekurangan. Beberapa caption tertulis salah dari foto yang ditampilkan. Misalnya ketika menampilkan foto SPR-3, namun yang tertulis adalah SPR-1. Kecil memang kesalahannya, tapi cukup membingungkan bagi pembaca awam. Kekurangan lainnya, buku ini tidak dijual bebas. Padahal, jika dijual secara umum, yakin pasti laku keras.

 


Selain kisah romantisme jaman dulu, ada juga program masa depan Pindad. Dan yang mengejutkan, buku ini juga menampilkan salah satu desain tank nasional. Nah, apakah betul desain ini nantinya yang akan menjadi Tank Medium Nasional Indonesia?


Sumber: 
ARC