* Minsera.Blogspot.com * BAe systems berhasil merancang generasi penerus varian Hawk Mk. Meninggalkan bentuk yang khas, bernama Hawk 100/200. Mempunyai kemampuan tempur sejati. "Tampang mirip isi beda", coba saja jajarkan tipikal Hawk berikut ini, Hawk T1, Mark 50, 60, 100 dan 200. Pasti pendapat yang dilontarkan sama. Semuanya sosok mirip tapi masalah kemampuan jelas beda sama sekali.
Indonesia merupakan negeri ketiga pengguna Hawk seri 200 setelah Oman dan Malaysia. Si kecil yang tangguh. Kecil-kecil cabe rawit. begitulah hawk 100/200 disebut. walau dikelasnya jet terkecil toh tak mengurungkan TNI AU untuk memilikinya. Bahkan belakangan, garda Hawk menjadi tulang punggung, mulai dari operasi Timor Timur sampai Aceh.
Hawk 109 TNI AU
Ketika akhirnya Indonesia memutuskan memborong dua skadron Hawk 100/200 Juli 1992, pengamat pun langsung latah bergosip, "BAe membuat gelombang di Asia Tenggara". Yang dimaksud adalah akhirnya pesanan Indonesia melengkapi order dari tiga negara Asean. Kalau Indonesia akhirnya memesan 24 Hawk 100/200 (8 Hawk 100, 16 Hawk 200), Malaysia membeli 18 Hawk 100 dan Brunei 10 Hawk.
Oleh BAe, Indonesia di beri kode 9, berarti Hawk 109/209 itu sama saja indentik dengan Hawk Indonesia. Ketika diputuskan membeli 2 skadron Hawk, pihak produsen Hawk sempat bertanya mengapa setelah F-16 malah memilih Hawk 109/209 yang kemampuannya dibawah F-16. Banyak alasannya karena pengganti yang sudah uzur, ancaman keamanan, maupun keuangan negara yang pas-pasan. kenyataan yang terjadi Hawk 109/209 menjadi tulang punggung TNI AU. Hawk 109/209 masuk kedalam 2 Skud, yaitu Skadron Udara 1 yang berada di Pontianak dan Skadron Udara 12 yang berada di Pekanbaru.
Gebrakan terakhir Hawk 109/209 adalah ketika mendukung operasi darurat Militer di Nanggroe Aceh Darussalam, Mei 2003. Empat Hawk asal Skud 12 di BKO-kan kepada penguasa darurat militer. Pasalnya, walau berkategori penempur ringan, Hawk punya keampuhan melahap target darat. Sekaligus menghadang ancaman pesawat tempur lawan.
Juga ketika lepasnya Timor Timur dari NKRI, satu flight Hawk 109/209 standby di Lanud El Tari, Kupang. Kala itu pula pemerhati militer dalam negeri menyadari betapa tangguhnya Hawk ketika mencegat F/A-18 Hornet Australia.
✈ Tak kalah hebat
Dibanding armada yang digantikannya (A-4 Skyhawk dan F-5 Tiger), Hawk tak kalah jauh. Salah satu flight terkecil ini unggul dalam serangan udara-darat dan pertahanan udara lapis kedua. Bagi Indonesia, Hawk 109/209 mampu mengisi pos air superority yang selama ini dipegang F-16 sebelum datengnya pesawat Rusia SU 27/30.
Sebagai pesawat latih, Hawk 109 lebih maju dari Hawk Mk53. Berat maksimum lepas landas meningkat 17 persen, 33 persen untuk bom dan tangki cadangan, 30 persen terbang feri, serta aerodinamis. Mesinnya 25 persen lebih kuat dan dilengkapi FLIR (foward looking infra red).
Begitupun Hawk 209, nyaris seimbang dengan F-5 atau A-4. Kalau kecepatan F-5 mencapai 1.705 km/jam, A-4E 1.370, maka Hawk 1.040. Terbang feri F-5 sejauh 3.174 km, A-4 1.480 km, maka Hawk lebih unggul dengan 3.610 km.
Begitu juga dengan pengoperasiannya. terbilang gampang. Pokoknya semua landasan yang bisa di darati C-130 Hercules pasti bisa di datangi armada Hawk 109/209. Mulai dari Medan sampai Kupang.
Hanya saja pengamat skeptis, menilai Hawk belum mampu mengatasi ancaman mutakhir. Hawk juga bukan merupakan proyeksi kekuatan, deterrent-nya juga lemah dibanding armada negara tetangga.
Hawk 209 TNI AU dengan warna kamuflase baru (Foto Formil Kaskus)
Tentu kita tak
perlu berkecil hati. karena sejak Orde Baru, komitmen kita memang tidak
menampilkan citra militer yang bisa meresahkan kawasan. Bayangkan kalau
paradigma Soekarnoisme kembali muncul.
✈ KRONOLOGI
27 Juli 1992
KSAU Marsekal Siboen umumkan pembelian dua skadron Hawk 100/200.
27 Mei 1993
KSAU Marsekal Rilo Pambudi menandatangani kontrak pembelian Hawk dengan Managing Hawk Director BAe John P Weston.
19 Desember 1995
Inggris menyetujui nilai 500 juta poundsterling (Rp 1,8 triliun) untuk 24 Hawk.
17 Mei 1996
3 Hawk 109 tiba di Pekanbaru.
9 Juli 1996
Hawk 209 pertama tiba di Skud 12 Pekanbaru.
14 Mei 1997
24 Hawk diserahkan secara resmi oleh Dephan kepada Panglima TNI dan selanjutnya KSAU.
16 Juli 1997
Simulator hawk resmi digunakan.
September 1999
Tiga Hawk tertahan di Bangkok, buntut krisis Tim-tim dengan turunnya embargo mliter oleh Inggris.
16 september 1999
Dua Hawk terlibat dog fight dengan dua F/A-18 Australia di Kupang.
22 september 1999
Misi penyelamatan Hawk yang tertahan di Bangkok.
2000
Dua Hawk 109 jatuh.
Oktober 2000
Hawk 109 crash di Lanud Supadio, Pontianak.
6 Juni 2002
Hawk 109 tergelincir di Lanud Medan
2003
Hawk 209 TT-1208 Skaud 12 yang jatuh dijadikan tugu di Mako koopsau I.
8 April 2004
Hawk 209 TT-1205 tergelincir di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru.
✈ KRONOLOGI
27 Juli 1992
KSAU Marsekal Siboen umumkan pembelian dua skadron Hawk 100/200.
27 Mei 1993
KSAU Marsekal Rilo Pambudi menandatangani kontrak pembelian Hawk dengan Managing Hawk Director BAe John P Weston.
19 Desember 1995
Inggris menyetujui nilai 500 juta poundsterling (Rp 1,8 triliun) untuk 24 Hawk.
17 Mei 1996
3 Hawk 109 tiba di Pekanbaru.
9 Juli 1996
Hawk 209 pertama tiba di Skud 12 Pekanbaru.
14 Mei 1997
24 Hawk diserahkan secara resmi oleh Dephan kepada Panglima TNI dan selanjutnya KSAU.
16 Juli 1997
Simulator hawk resmi digunakan.
September 1999
Tiga Hawk tertahan di Bangkok, buntut krisis Tim-tim dengan turunnya embargo mliter oleh Inggris.
16 september 1999
Dua Hawk terlibat dog fight dengan dua F/A-18 Australia di Kupang.
22 september 1999
Misi penyelamatan Hawk yang tertahan di Bangkok.
2000
Dua Hawk 109 jatuh.
Oktober 2000
Hawk 109 crash di Lanud Supadio, Pontianak.
6 Juni 2002
Hawk 109 tergelincir di Lanud Medan
2003
Hawk 209 TT-1208 Skaud 12 yang jatuh dijadikan tugu di Mako koopsau I.
8 April 2004
Hawk 209 TT-1205 tergelincir di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru.