Thursday, 4 July 2013

Berhasil Pulang, Presiden Bolivia Langsung Kecam AS


* Minsera.Blogspot.com *
 LA PAZ – Kepulangan Presiden Bolivia Evo Morales disambut meriah oleh warganya. Morales sempat terjebak di Austria karena pesawatnya dilarang melintas oleh Negara Eropa.

Morales tiba di Bolivia pada Rabu 3 Juni malam waktu setempat. Dia langsung menerima karangan dan taburan bunga dari warga yang telah menunggunya.

“Insiden ini adalah penghinaan untuk seluruh kawasan Amerika Latin,” ujar Morales, seperti dikutip Associated Press, Kamis (4/7/2013).

“Imperialis Amerika Serikat (AS) menggunakan pengikutnya untuk menakuti dan mengintimidasi mereka,” lanjutnya.

Prancis, Spanyol, Portugal dan Italia melarang pesawat Morales melintas seusai melakukan kunjungan ke Rusia. Ulah keempat negara itu membuat Morales terjebak di Bandara Wina, Austria selama 14 jam. Pemerintah Prancis kemudian meminta maaf, mereka tidak tahu pesawat itu membawa Morales.

Keempat negara itu mengeluarkan larangan setelah dikontak oleh AS. Mereka diperintah menghentikan pesawat yang diduga membawa pembocor intel AS Edward Snowden.

Uganda Ingin Beli Alutsista Buatan Indonesia


* Minsera.Blogspot.com * Menteri Pertahanan Uganda Kiyonga Cripus menyatakan tertarik dengan produk industri militer Indonesia termasuk pesawat angkut militer CN 295.

"Industri militer Indonesia sudah maju. Saya tertarik dengan apa yang dipamerkan tadi," kata Kiyonga seusai pertemuan dengan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Kampala, Uganda, Selasa (2/7).

Setelah pertemuan dilakukan pameran kecil tentang produk-produk industri pertahanan Indonesia seperti rompi antipeluru, helm prajurit, makanan tentara, senapan serbu SS1, dan model pesawat CN 235 dan CN 295 produksi PT Dirgantara Indonesia.

Kiyonga yang didampingi Panglima Angkatan Bersenjata Uganda Katumba Wamala tampak antusias memeriksa barang-barang yang dipamerkan.

"Saya akan datang ke Indonesia untuk melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana barang-barang militer itu diproduksi," kata Kiyonga.
Ia bersama timnya juga akan melihat bagaimana pusat pelatihan pasukan penjaga perdamaian dan kontra terorisme.

"Pasukan penjaga perdamaian Indonesia sangat dikenal di Afrika," katanya merujuk pada perang Kontingen Garuda di Kongo yang dinilainya melegenda.

Sjafrie didampingi Dirjen Industri Pertahanan Mayjen TNI Sonny Prasetyo, Direktur Pemasaran PT DI Budiman Saleh, Direktur Afrika Kemlu Lasro Simbolon serta Dubes RI di Kenya dan Uganda Sunu Sumarno.

Kiyonga juga memuji Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang bagus.

Russia Demonstrasikan Sistem Pertahanan Udara Baru


* Minsera.Blogspot.comUntuk pertama kalinya Rusia mendemonstrasikan sistem pertahanan udara jarak pendek-menengah platform 50R6A Hero "Vityaz," yang akan menggantikan varian lama sistem pertahanan udara S-300 karena akan segera dinonaktifkan. Angkatan Darat Rusia baru akan memulai pengujian sistem Vityaz pada akhir tahun ini.

Sistem rudal permukaan-ke-udara baru Rusia ini dibuat oleh produsen senjata Rusia Almaz-Antey. Almaz-Antey mendemonstrasikan sistem Vityaz di pusat industri Obukhov di St. Petersburg, tempat dimana juga merupakan cabang Almaz-Antey yang memproduksi peluncur Vityaz.

Sistem ini menawarkan semua aspek kecanggihan mulai dari radar array, pos komando mobile baru dan peluncur rudal vertikal 12 rudal, yang akan menggunakan varian dari rudal radar aktif 9M96. Rudal serupa juga digunakan untuk sistem pertahanan udara S-400, generasi baru dari S-300, yang saat ini sedang digunakan Rusia.

Dikonfirmasi, peluncur Vityaz juga bisa menembakkan rudal jarak pendek (namun tidak diberitahu jenisnya), kemungkinan adalah varian rudal 9M100 tersebut.

"Saya yakin sistem (Vityaz) ini akan mampu menghancurkan target dalam kisaran 30 km hingga 120 km," ujar Aminov, analis militer dan editor di situs World of Air Defense kepada RT (Russia Today). "Ini merupakan sistem pertahanan udara dengan beberapa unsur pertahanan anti-bom taktis."

Almaz-Antey berniat untuk menyerahkan sistem Vityaz kepada Departemen Pertahanan Rusia untuk dilakukan pengujian negara sebelum akhir tahun ini, kepala perusahaan Vladislav Menshikov mengatakan kepada presiden Rusia Vladimir Putin yang juga menginspeksi pabrik.

Almaz-antey juga dikabarkan membantu pembuatan sistem pertahanan udara Korea Selatan KM-SAM Chun Koong dengan berdasarkan desain sistem Vityaz. Almaz-Antey merancang tiga unit radar untuk KM-SAM dan dikabarkan juga telah membantu dalam merancang sistem rudalnya. 


Radar Vityaz
Radar multifungsi 50N6A dari sistem pertahanan udara Vityaz
Truk komando dan kontrol sistem Vityaz
Truk 50K6A untuk komando dan kontrol dari sistem pertahanan udara Vityaz
Militer Rusia secara resmi mendukung proyek Vityaz -yang tentunya memiliki kemampuan yang lebih baik daripada sistem pertahanan udara Korea Selatan- setelah mempelajari kinerjanya, seperti yang dikatakan Almaz-Antey pada tahun 2010 silam. Sistem pertahanan udara Vityaz sendiri mulai dikembangkan pada tahun 2007.

Departemen Pertahanan Rusia sebelumnya mengatakan pihaknya berencana untuk membeli setidaknya 30 sistem Vityaz sebelum 2020, dengan syarat harus lolos ujian negara (akhir tahun nanti), dan penyebaran sistem Vityaz akan dimulai pada tahun depan.

Vityaz dikembangkan untuk menggantikan S-300PS, varian lama dari sistem pertahanan udara S-300 yang dikembangkan pada awal tahun 1980. Angkatan Darat Rusia juga telah diperintahkan untuk menonaktifkan sekitar 50 sistem S-300PS pada tahun 2015 karena usianya sudah tua.

Nama sistem Vityaz berasal dari kata Slavia kuno untuk seorang prajurit mulia yang berarti "Ksatria" (knight). Kata vityaz juga digunakan sebagai nama tim aerobatik terkenal Rusia yaitu Russkie Vityazi (Ksatria Rusia).

Rusia berencana untuk menyebarkan sistem Vityaz bersama dengan alutsista pertahanan udara canggih lainnya, termasuk sistem pertahanan udara siap pakai S-400 dan Pantsir-S1, dan sistem pertahanan udara masa depan S-500 dan Morfei jarak pendek. Moskow bertujuan untuk membuat pertahanan berlapis yang akan menutupi wilayah udara Rusia, membela Rusia dari semua ancaman udara mulai dari pesawat tanpa awak (drone), pesawat berawak konvensional, rudal jelajah dan rudal balistik.

Sumber: 
Artileri