* Minsera.Blogspot.com * Bandung - Bek Persib Bandung Abanda Herman memeluk
Islam. Resmi sebagai mualaf, pemain asal Kamerun ini menambah nama di
bagian depannya. Ia menyemat identitas baru sebagai Ahmad Abanda Herman.
"Namanya
kini Ahmad Abanda Herman. Dia setuju ditambahi nama Ahmad," jelas
Manajer Persib Umuh Muchtar saat didaulat memberikan sambutan sebelum
pembacaan dua kalimat syahadat oleh Abanda di Masjid Nurul Iman,
Kelurahan Babakan Sari, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, Kamis
(18/4/2013) sore.
Umuh sempat terisak saat berbicara mengumumkan
kabar Abanda berniat menganut Islam di hadapan ratusan masyarakat yang
hadir di masjid tersebut.
"Saya terharu dan bangga.
Alhamdullilah, Abanda Herman mau masuk Islam. Sebetulnya Abanda sudah
bicara berapa kali bicara kepada saya. Sekarang baru terlaksana. Dia pun
semalam menyatakan seratus persen siap, dan meminta segera diislamkan,"
tutur Umuh.
Tepat pukul 16.16 WIB, dua kalimat syahadat meluncur
tanpa hambatan dari mulut pria kelahiran Kamerun 20 Februari 1984.
"Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah,"
ucap Abanda melalui pengeras suara sembari duduk sila beralas karpet di
masjid itu.
Penuturan syahadat terlontar dari pemain bertinggi
192 sentimeter itu dibimbing ustaz Jujun Junaedi. Jujun membaca syahadat
di hadapan Abanda yang terbalut peci putih dan jubah putih. Lalu mantan
pemain Persija yang sebelumnya Nasrani ini mengikuti membaca syahadat.
"Jadi
bukan hanya sebatas membaca syahadat saja. Ahmad Abanda Herman harus
menunaikan salat dan kewajiban lainnya sesuai syariat Islam," pesan
Jujun kepada Abanda.
* Minsera.Blogspot.com * KRI Banjarmasin 592 Buatan PT.PAL
KRI Banjarmasin merupakan Kapal Landing Platform Dock (LPD) yang
menjadi salah satu produk unggulan PT PAL Indonesia yang bekerja sama
Dae Sun Shipbuilding-Korea Selatan.
Kapal buatan PT PAL ini menjadi kapal Landing Platform Dock LPD ketiga
yang masuk jajaran TNI AL. Dua kapal LPD pertama yakni KRI Makasar-590
dan KRI Surabaya-591 dibuat pabrik Korea Selatan, Daewoo International
Corporation, dan diserahkan kepada TNI AL. Sejatinya, kapal LPD ke-3 ini
juga dipesan Indonesia dari Dae Sun Shipbuilding (DSS), Korea Selatan.
Tetapi pengerjaannya dibuat di galangan kapal PT PAL dengan pengawasan
tenaga ahli dan peralatan dari DSS. Pembuatan LPD KRI Banjarmasin 592
ini merupakan transfer of technology kepada industri strategis nasional.
Dari sisi performannya kapal produksi Surabaya ini mengalami
peningkatan kualitas bila di bandingkan dengan dua kapal LPD sebelumnya
yang di bangun di Korea Selatan. Penyempurnaan tersebut di sesuaikan
dengan kebutuhan operasional TNI-AL antara lain:
- Daya angkut helikopter dari 3 buah menjadi 5 buah.
- Kecepatan kapal dari 15 knots menjadi 15,4 knots
- Bentuk bangunan atas ”stealth design” yang dapat mengurangi ”Radar Cross Section” sehingga tidak mudah ditangkap radar musuh.
- Getaran kapal sangat rendah sehingga menambah kenyamanan crew kapal dalam pelayaran.
- Kapal ini dipersenjatai dengan 1 unit kaliber 57 mm dan 2 unit kaliber 40 mm.
- Dapat dipasangi senjata unit kaliber 100 mm dan dilengkapi ruang
khusus untuk sistem kendali senjata (fire control system), yang
memungkinkan kapal mampu melaksanakan pertahanan diri.
Bersama
dengan 4 Kapal LPD lainnya, KRI Banjarmasin 592 dipesan dan dibeli
dengan fasilitas pembiayaan kredit ekspor tahun 2003. Kapal LPD terakhir
akan diserahkan pada Januari tahun depan. KRI 592 berfungsi sebagai
pengangkut kapal pendarat pasukan, operasi amfibi, pengangkut tank,
pengangkut personel, juga untuk operasi kemanusiaan dan penanggulangan
bencana serta pengangkut helikopter.
KRI Banjarmasin-592
sendiri merupakan kapal LPD standar yang memiliki panjang 125 meter,
lebar 22 meter, berat 7.300 ton. Kapal perang yang dapat melaju maksimal
hingga 15,4 knot ini mampu mengangkut 344 personel, 13 unit tank, 2
unit Landing Craft Vehicles, 5 unit helikopter. Kapal ini juga
dipersenjatai dengan 1 unit kaliber 57 mm dan 2 unit kaliber 40 mm.
Harga KRI Banjarmasin sekitar USD 30 juta atau Rp 300 miliar.
* Minsera.Blogspot.com * Wakil
Menteri Pertahanan Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, menerima
kunjungan kehormatan Duta Besar India untuk Indonesia HE Gurjit Singh di
Kantor Kemhan, Jakarta, Rabu, 17 April 2013. Kedatangan Dubes India
menemui Wamenhan ini adalah untuk membicarakan kemajuan hubungan
kerjasama pertahanan antara kedua negara dan upaya untuk
meningkatkannya. Hal ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menhan
India A.K Antony menemui Menhan RI Purnomo Yusgiantoro pada Oktober
tahun lalu.
Dalam pertemuan ini, Wamenhan menjelaskan dalam
rangka peningkatan kerjasama pertahanan kedua negara, Indonesia ingin
melakukan transfer teknologi dengan industri pertahanan India karena
saat ini industri pertahanan India telah sampai pada taraf advance.
Sedangkan dalam hal kerjasama militer, Wamenhan berharap kedua negara
dapat lebih bekerjasama dalam bidang peningkatan capacity building
personelnya.
Dalam pertemuan ini Dubes India untuk Indonesia,
juga menyatakan bahwa dalam upaya peningkatan kerjasama pertahanan kedua
negara, India menyadari saat ini Indonesia sedang berupaya meningkatkan
kemampuan alutsista dan industri pertahanan dalam negerinya. Karena itu
India menawarkan joint production dan transfer teknologi dari beberapa
alutsista yang diproduksinya.
Selain itu, dengan disadari
pentingnya bekerjasama dalam pengamanan perdagangan di perairan yang
sangat penting saat ini, dirinya juga menyambut baik rencana diadakannya
pembicaraan trilateral antara Indonesia, Australia dan India mengenai
Samudra Hindia.
* Minsera.Blogspot.com * Berurusan
dengan Negara Belanda sangatlah susah. Padahal Indonesia telah mereka
jajah selama 350 Tahun. Harta benda Nusantara habis mereka kuras. Meski
demikian Belanda tidak merasa bersalah dan tidak berupaya menolong
negara yang pernah mereka jajah.
Hingga kini nasib pembuatan light fregat Sigma 10514 di PT PAL Surabaya, tidak jelas. Padahal pada bulan April
2010, pemerintah RI dan Belanda telah sepakat menandatangani pembuatan
light fregat atau kapal perusak kawalrudal (PKR) Sigma 10514 yang
ditargetkan selesai tahun 2014.
Untuk mendapatkan tanda tangan
kerjasama dari Belanda itu, pemerintah Indonesia harus melakukan upaya
yang alot dan berliku. Pada tahun 2004, Indonesia memesan 4 korvet sigma
ke Belanda dengan imbalan dua korvet dibangun di Belanda dan dua lagi
di Indonesia, untuk alih teknologi. Namun keinginan pemerintah Indonesia
ditolak Belanda.
Indonesia terus mendesak. Perjanjian pun
diubah. Keempat korvet dibangun di Damen Schelde Naval Shipbuilding
(DSNS) Belanda dengan imbalan, Indonesia akan dibantu membangun Sigma
10514 atau Light Fregat. Pemerintah Indonesia sepakat dan mengucurkan Rp
8 Triliun untuk 4 korvet Sigma.
Setelah selesai, Pemerintah
menagih janji Belanda untuk pembuatan light fregat Sigma 10514 di
Indonesia. Penandatanganan kerjasama dilakukan April 2010. Spesikasi
Light Fregat Light fregat yang akan dibangun memiliki kemampuan:
peperangan elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal
selam, peperangan anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal.
Kapal itu dilengkapi Rudal SAM, SSM dan Rudal anti kapal selam. Sesuai
dengan namanya Sigma 10514, kapal ini memiliki panjang 105 dan lebar 14
meter. Dengan kedalaman kapal 8,8 meter dan didorong 4 mesin x 9.240 hp,
kapal ini berkecepatan maksimal 30 knot dan kecepatan jelajah 18 knot.
Kementerian Pertahanan mentargetkan pembuatan 10 unit kapal.
Namun setelah ditunggu tunggu, hingga tahun 2012 ini, light fregat Sigma
yang dijanjikan, tidak juga dibangun di PT PAL Surabaya. Ingkar Janji ?
Belanda seakan mengulur ngulur waktu dan berharap Sigma 10514 tetap
dibangun di Belanda. Direktur PT PAL Soewoko Kartanegara, menyatakan
sampai saat ini prosesnya masih negoisasi. Rencananya blok utama kapal
akan dibuat di Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda,
sedangkan blok lainnya dibuat di Indonesia.
Jumlah personil
yang akan dikirim ke Belanda juga menjadi persoalan. PT PAL ingin
mengirim 200 tenaga ahli ke Belanda, tapi belum mendapatkan restu. Geram
dengan tingkah pemerintah Belanda, Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI
menemui duta besar Belanda di Indonesia Tjeerd F. De Zwaan. “Ya, kami
meminta dukungan Belanda untuk lebih konsisten dalam supervisi
pembangunan kapal tersebut, karena ada beberapa hal yang tidak bisa
dikerjakan PT PAL,” ujar juru bicara TNI Laksamana Pertama TNI Iskandar
Sitompul di Jakarta.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono melakukan pertemuan tertutup
dengan Duta Besar Belanda untuk Indonesia Tjeerd F. De Zwaan. Hasilnya,
sikap Belanda tidak jelas. Pemerintah terus menuntut niat baik Belanda,
karena light fregat ini telah masuk dalam buku biru Dephan dan TNI yang
harus direalisasikan.
Dalam rapat dengan Komisi 1 DPRtanggal
24 Januari 2012, Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dan Panglima
TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, menegaskan, fisik light fregat
seharusnya mulai dibangun tahun 2012. 15,8% dari akuisisi Alat Utama
Sistem Senjata TNI Tahun Anggaran 2012, telah dialokasikan untuk
pengembangan kapal Perusak Kawal Rudal (PKR), teknologi pesawat tempur
KFX/ IFX, serta Canon.
Merasa capek berurusan dengan Belanda,
PT PAL mulai mengembangkan Fregat Stealth kelas La Fayette, bekerjasama
dengan Perancis dan Singapura. ”Sekarang Indonesia sudah membangun kapal
perang modern sejenis fregat kelas La Fayette seperti yang dimiliki
Singapura dan akan selesai dalam waktu empat tahun oleh PT PAL”, ujar
Menteri Pertahanan 03/2012.
Lights Fregat La Fayette digunakan
oleh Perancis, Singapura, Arab Saudi dan Taiwan. Kapal ini lebih panjang
dari Sigma 10514 Belanda. Panjang La Fayette 125 meter, lebar 15,4,
didorong 4 mesin diesel 21.000 tenaga kuda. La Fayette memiliki
kecepatan maksimal 25 knots atau 46 km/ jam. La Fayette bisa diinstal
rudal canggih pertahanan udara Aster 15 serta Crotale CN2 CIWS. Kapal
ini juga mampu mengangkut helikopter hingga 10 ton seperti Panther, NH
90 atau S-70B Seahawk yang membawa peluru anti kapal selam carry AM39 or
AS15. Fregat ini dibuat Perancis tahun 1998 dan mulai beroperasi tahun
2002.
Ia dapat mengarungi laut non stop selama 50 hari. Selain
dari Perancis, baru baru ini Duta Besar Brasil dan Belarus menawarkan
kerjasama pembuatan kapal perang ke Indonesia. Bagaimana dengan Belanda
... Bagaimana menir…?