Thursday, 18 April 2013

Abanda Herman Memeluk Islam, Menyematkan Nama Ahmad di depan namanya


* Minsera.Blogspot.com * Bandung - Bek Persib Bandung Abanda Herman memeluk Islam. Resmi sebagai mualaf, pemain asal Kamerun ini menambah nama di bagian depannya. Ia menyemat identitas baru sebagai Ahmad Abanda Herman.

"Namanya kini Ahmad Abanda Herman. Dia setuju ditambahi nama Ahmad," jelas Manajer Persib Umuh Muchtar saat didaulat memberikan sambutan sebelum pembacaan dua kalimat syahadat oleh Abanda di Masjid Nurul Iman, Kelurahan Babakan Sari, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, Kamis (18/4/2013) sore.

Umuh sempat terisak saat berbicara mengumumkan kabar Abanda berniat menganut Islam di hadapan ratusan masyarakat yang hadir di masjid tersebut.

"Saya terharu dan bangga. Alhamdullilah, Abanda Herman mau masuk Islam. Sebetulnya Abanda sudah bicara berapa kali bicara kepada saya. Sekarang baru terlaksana. Dia pun semalam menyatakan seratus persen siap, dan meminta segera diislamkan," tutur Umuh.

Tepat pukul 16.16 WIB, dua kalimat syahadat meluncur tanpa hambatan dari mulut pria kelahiran Kamerun 20 Februari 1984. "Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah," ucap Abanda melalui pengeras suara sembari duduk sila beralas karpet di masjid itu.

Penuturan syahadat terlontar dari pemain bertinggi 192 sentimeter itu dibimbing ustaz Jujun Junaedi. Jujun membaca syahadat di hadapan Abanda yang terbalut peci putih dan jubah putih. Lalu mantan pemain Persija yang sebelumnya Nasrani ini mengikuti membaca syahadat.

"Jadi bukan hanya sebatas membaca syahadat saja. Ahmad Abanda Herman harus menunaikan salat dan kewajiban lainnya sesuai syariat Islam," pesan Jujun kepada Abanda.

PRODUK MILITER MARTA LAUT


* Minsera.Blogspot.com * KRI Banjarmasin 592 Buatan PT.PAL

KRI Banjarmasin merupakan Kapal Landing Platform Dock (LPD) yang menjadi salah satu produk unggulan PT PAL Indonesia yang bekerja sama Dae Sun Shipbuilding-Korea Selatan.

Kapal buatan PT PAL ini menjadi kapal Landing Platform Dock LPD ketiga yang masuk jajaran TNI AL. Dua kapal LPD pertama yakni KRI Makasar-590 dan KRI Surabaya-591 dibuat pabrik Korea Selatan, Daewoo International Corporation, dan diserahkan kepada TNI AL. Sejatinya, kapal LPD ke-3 ini juga dipesan Indonesia dari Dae Sun Shipbuilding (DSS), Korea Selatan. Tetapi pengerjaannya dibuat di galangan kapal PT PAL dengan pengawasan tenaga ahli dan peralatan dari DSS. Pembuatan LPD KRI Banjarmasin 592 ini merupakan transfer of technology kepada industri strategis nasional.
Dari sisi performannya kapal produksi Surabaya ini mengalami peningkatan kualitas bila di bandingkan dengan dua kapal LPD sebelumnya yang di bangun di Korea Selatan. Penyempurnaan tersebut di sesuaikan dengan kebutuhan operasional TNI-AL antara lain:

- Daya angkut helikopter dari 3 buah menjadi 5 buah.
- Kecepatan kapal dari 15 knots menjadi 15,4 knots
- Bentuk bangunan atas ”stealth design” yang dapat mengurangi ”Radar Cross Section” sehingga tidak mudah ditangkap radar musuh.
- Getaran kapal sangat rendah sehingga menambah kenyamanan crew kapal dalam pelayaran.
- Kapal ini dipersenjatai dengan 1 unit kaliber 57 mm dan 2 unit kaliber 40 mm.
- Dapat dipasangi senjata unit kaliber 100 mm dan dilengkapi ruang khusus untuk sistem kendali senjata (fire control system), yang memungkinkan kapal mampu melaksanakan pertahanan diri.

Bersama dengan 4 Kapal LPD lainnya, KRI Banjarmasin 592 dipesan dan dibeli dengan fasilitas pembiayaan kredit ekspor tahun 2003. Kapal LPD terakhir akan diserahkan pada Januari tahun depan. KRI 592 berfungsi sebagai pengangkut kapal pendarat pasukan, operasi amfibi, pengangkut tank, pengangkut personel, juga untuk operasi kemanusiaan dan penanggulangan bencana serta pengangkut helikopter.

KRI Banjarmasin-592 sendiri merupakan kapal LPD standar yang memiliki panjang 125 meter, lebar 22 meter, berat 7.300 ton. Kapal perang yang dapat melaju maksimal hingga 15,4 knot ini mampu mengangkut 344 personel, 13 unit tank, 2 unit Landing Craft Vehicles, 5 unit helikopter. Kapal ini juga dipersenjatai dengan 1 unit kaliber 57 mm dan 2 unit kaliber 40 mm.

Harga KRI Banjarmasin sekitar USD 30 juta atau Rp 300 miliar.

India Siap Transfer Teknologi Alutsista ke Indonesia


* Minsera.Blogspot.com * Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, menerima kunjungan kehormatan Duta Besar India untuk Indonesia HE Gurjit Singh di Kantor Kemhan, Jakarta, Rabu, 17 April 2013. Kedatangan Dubes India menemui Wamenhan ini adalah untuk membicarakan kemajuan hubungan kerjasama pertahanan antara kedua negara dan upaya untuk meningkatkannya. Hal ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menhan India A.K Antony menemui Menhan RI Purnomo Yusgiantoro pada Oktober tahun lalu.

Dalam pertemuan ini, Wamenhan menjelaskan dalam rangka peningkatan kerjasama pertahanan kedua negara, Indonesia ingin melakukan transfer teknologi dengan industri pertahanan India karena saat ini industri pertahanan India telah sampai pada taraf advance. Sedangkan dalam hal kerjasama militer, Wamenhan berharap kedua negara dapat lebih bekerjasama dalam bidang peningkatan capacity building personelnya.

Dalam pertemuan ini Dubes India untuk Indonesia, juga menyatakan bahwa dalam upaya peningkatan kerjasama pertahanan kedua negara, India menyadari saat ini Indonesia sedang berupaya meningkatkan kemampuan alutsista dan industri pertahanan dalam negerinya. Karena itu India menawarkan joint production dan transfer teknologi dari beberapa alutsista yang diproduksinya.

Selain itu, dengan disadari pentingnya bekerjasama dalam pengamanan perdagangan di perairan yang sangat penting saat ini, dirinya juga menyambut baik rencana diadakannya pembicaraan trilateral antara Indonesia, Australia dan India mengenai Samudra Hindia.

Hilang Fregat Sigma, Datang La Fayette



* Minsera.Blogspot.com * Berurusan dengan Negara Belanda sangatlah susah. Padahal Indonesia telah mereka jajah selama 350 Tahun. Harta benda Nusantara habis mereka kuras. Meski demikian Belanda tidak merasa bersalah dan tidak berupaya menolong negara yang pernah mereka jajah.

Hingga kini nasib pembuatan light fregat Sigma 10514 di PT PAL Surabaya, tidak jelas. Padahal pada bulan April 2010, pemerintah RI dan Belanda telah sepakat menandatangani pembuatan light fregat atau kapal perusak kawalrudal (PKR) Sigma 10514 yang ditargetkan selesai tahun 2014.

Untuk mendapatkan tanda tangan kerjasama dari Belanda itu, pemerintah Indonesia harus melakukan upaya yang alot dan berliku. Pada tahun 2004, Indonesia memesan 4 korvet sigma ke Belanda dengan imbalan dua korvet dibangun di Belanda dan dua lagi di Indonesia, untuk alih teknologi. Namun keinginan pemerintah Indonesia ditolak Belanda.

Indonesia terus mendesak. Perjanjian pun diubah. Keempat korvet dibangun di Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda dengan imbalan, Indonesia akan dibantu membangun Sigma 10514 atau Light Fregat. Pemerintah Indonesia sepakat dan mengucurkan Rp 8 Triliun untuk 4 korvet Sigma.

Setelah selesai, Pemerintah menagih janji Belanda untuk pembuatan light fregat Sigma 10514 di Indonesia. Penandatanganan kerjasama dilakukan April 2010. Spesikasi Light Fregat Light fregat yang akan dibangun memiliki kemampuan: peperangan elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal.

Kapal itu dilengkapi Rudal SAM, SSM dan Rudal anti kapal selam. Sesuai dengan namanya Sigma 10514, kapal ini memiliki panjang 105 dan lebar 14 meter. Dengan kedalaman kapal 8,8 meter dan didorong 4 mesin x 9.240 hp, kapal ini berkecepatan maksimal 30 knot dan kecepatan jelajah 18 knot. Kementerian Pertahanan mentargetkan pembuatan 10 unit kapal.

Namun setelah ditunggu tunggu, hingga tahun 2012 ini, light fregat Sigma yang dijanjikan, tidak juga dibangun di PT PAL Surabaya. Ingkar Janji ? Belanda seakan mengulur ngulur waktu dan berharap Sigma 10514 tetap dibangun di Belanda. Direktur PT PAL Soewoko Kartanegara, menyatakan sampai saat ini prosesnya masih negoisasi. Rencananya blok utama kapal akan dibuat di Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda, sedangkan blok lainnya dibuat di Indonesia.

Jumlah personil yang akan dikirim ke Belanda juga menjadi persoalan. PT PAL ingin mengirim 200 tenaga ahli ke Belanda, tapi belum mendapatkan restu. Geram dengan tingkah pemerintah Belanda, Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI menemui duta besar Belanda di Indonesia Tjeerd F. De Zwaan. “Ya, kami meminta dukungan Belanda untuk lebih konsisten dalam supervisi pembangunan kapal tersebut, karena ada beberapa hal yang tidak bisa dikerjakan PT PAL,” ujar juru bicara TNI Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul di Jakarta.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono melakukan pertemuan tertutup dengan Duta Besar Belanda untuk Indonesia Tjeerd F. De Zwaan. Hasilnya, sikap Belanda tidak jelas. Pemerintah terus menuntut niat baik Belanda, karena light fregat ini telah masuk dalam buku biru Dephan dan TNI yang harus direalisasikan.

Dalam rapat dengan Komisi 1 DPRtanggal 24 Januari 2012, Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, menegaskan, fisik light fregat seharusnya mulai dibangun tahun 2012. 15,8% dari akuisisi Alat Utama Sistem Senjata TNI Tahun Anggaran 2012, telah dialokasikan untuk pengembangan kapal Perusak Kawal Rudal (PKR), teknologi pesawat tempur KFX/ IFX, serta Canon.

Merasa capek berurusan dengan Belanda, PT PAL mulai mengembangkan Fregat Stealth kelas La Fayette, bekerjasama dengan Perancis dan Singapura. ”Sekarang Indonesia sudah membangun kapal perang modern sejenis fregat kelas La Fayette seperti yang dimiliki Singapura dan akan selesai dalam waktu empat tahun oleh PT PAL”, ujar Menteri Pertahanan 03/2012.

Lights Fregat La Fayette digunakan oleh Perancis, Singapura, Arab Saudi dan Taiwan. Kapal ini lebih panjang dari Sigma 10514 Belanda. Panjang La Fayette 125 meter, lebar 15,4, didorong 4 mesin diesel 21.000 tenaga kuda. La Fayette memiliki kecepatan maksimal 25 knots atau 46 km/ jam. La Fayette bisa diinstal rudal canggih pertahanan udara Aster 15 serta Crotale CN2 CIWS. Kapal ini juga mampu mengangkut helikopter hingga 10 ton seperti Panther, NH 90 atau S-70B Seahawk yang membawa peluru anti kapal selam carry AM39 or AS15. Fregat ini dibuat Perancis tahun 1998 dan mulai beroperasi tahun 2002.

Ia dapat mengarungi laut non stop selama 50 hari. Selain dari Perancis, baru baru ini Duta Besar Brasil dan Belarus menawarkan kerjasama pembuatan kapal perang ke Indonesia. Bagaimana dengan Belanda ... Bagaimana menir…?