Friday, 5 April 2013
Jika Pecah Perang di Korea, 36 Ribu TKI Harus Dievakuasi
Jum'at, 5 April 2013, 21:20 Eko Priliawito, Daru Waskita (Yogyakarta)
Latihan militer Korea Selatan
VIVAnews - Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan di semenajung Korea akan berdampak serius bagi lebih dari 36 ribu
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Korea Selatan.
"TKI kita terkonsetrasi di 3 distrik, Seoul, Busan dan Angsan yang
jaraknya hanya 60 kilometer dari perbatasan Korea Utara. Jadi kalau
pecah perang maka akan sangat repot betul," kata Kepala BNP2TKI, Jumhur
Hidayat di Kampus Terpadu Univeritas Muhammadiyah Yogyakarta, Jumat, 5
April 2013.
Berkaitan dengan hal ini, BNP2TKI akan membentuk
Satgas Internal untuk segera berkomunikasi dengan Kemenlu dan KBRI yang
ada di Korea Selatan untuk memastikan mekanisme penyelamatan TKI di
Korea.
"Data jumlah TKI dan bekerja di perusahaan apa dan di daerah mana sudah ada. Data ini akan kita koordinasikan
dengan Kemenlu dan KBRI. Bila eskalasi meningkat dapat
diprioritaskan wilayah mana yang akan dievakuasi," katanya.
Menurut Jumhur, jumlah TKI di Korea Selatan berada di peringkat dua
setelah tenaga kerja asal Vietnam. Sebab penempatannya merupakan program
kerja kedua negara. Mereka pada umumnya bekerja pada sektor manufaktur
dan industri, pertanian dan perikanan, konstruksi, dan jasa.
Pada 2012, sebanyak 10.500 TKI dikirim ke Korea Selatan untuk sektor
industri manufaktur dan perikanan. Kebanyakan dari mereka yang dikirim
ke Korea Selatan merupakan tenaga kerja dengan gaji yang cukup tinggi.
Berkisaran antara Rp 8 juta hingga Rp 10 juta per bulannya.
Korsel Berminat Borong 60 F-35A Dan 60 F-15SE
Ditengah memanasnya situasi semenanjung Korea, Korea Selatan tampak
makin mempertajam kukunya. Tidak tanggung-tanggung, Korsel berminat
membeli sebanyak 60 buah jet tempur siluman F-35 dan 60 buah F-15 versi
Silent Eagle. Niatan tersebut tertuang dalam notifikasi dari Badan
Kerjasama Pertahanan Amerika Serikat (DSCA) kepada kongres AS.
Pembelian sebanyak 60 buah F-35 itu dibandrol sebesar US$ 10,8 Milyar. Jumlah tersebut termasuk 9 mesin cadangan, perlengkapan sistem perang elektronik dan lain sebagainya. Termasuk juga pelatihan, dukungan serta manajerial pesawat tersebut untuk jangka waktu 15 tahun ke depan.
Pembelian sebanyak 60 buah F-35 itu dibandrol sebesar US$ 10,8 Milyar. Jumlah tersebut termasuk 9 mesin cadangan, perlengkapan sistem perang elektronik dan lain sebagainya. Termasuk juga pelatihan, dukungan serta manajerial pesawat tersebut untuk jangka waktu 15 tahun ke depan.
Sementara, untuk F-15SE, kontrak diperkirakan mencapai US$ 2,408
Milyar. Pembelian F-15SE ini nantinya melalui skema Direct Commercial
Sales bukanmelalui skema FMS. Termasuk dalam deal ini adalah 60 buah
radar AESA, sniper targeting system, dan berbagai dukungan logistik
lainnya.
Dalam 2 buah notifikasi berbeda itu, disebutkan pula F-35A dan F-15SE
nantinya akan menggantikan F-4 Korsel yang telah lama mengabdi. Dan
uniknya, Amerika menyatakan, pembelian ini tidak akan mengubah
keseimbangan militer di kawasan semenanjung Korea.
Bagi Indonesia, pembelian ini bisa menjadi tanda tanya. Apakah dengan
demikian maka program KFX/IFX benar-benar batal?, atau malah pembelian
ini nantinya akan mendukung program KFX/IFX?. Karena pada awalnya,
dikabarkan alasan Korsel mengadakan program FX-III salah satunya adalah
untuk mengambil teknologi yang ada untuk dicangkokkan pada KFX.
Dengan
kata lain, pada skema ToT di FX-III, maka KFX akan mendapatkan teknologi
yang belum dikuasai baik oleh Korsel maupun Indonesia. Mari kita tunggu
saja kejelasannya.
Indonesia Inginkan Jaminan Alutsista Dalam Traktat Perdagangan Senjata
* Minsera.Blogspot.com * Indonesia mendukung adanya
pengaturan global mengenai perdagangan senjata sebagaimana tertuang
dalam Traktat Perdagangan Senjata (ATT – Arms Trade Treaty). Selain
dapat mengurangi penderitaan manusia (human suffering), Traktat juga dapat meningkatkan saling percaya antar negara serta mempromosikan perdamaian internasional.
Sayangnya, setelah pembahasan selama 7 tahun, Traktat tersebut tidak dapat disepakati secara konsensus sehingga diadakan pemungutan suara dan disahkan di Majelis Umum PBB pada tanggal 2 April 2013.
Meskipun Indonesia sejak awal telah terlibat aktif dalam pembahasan Traktat dan mendukung penuh pengaturan internasional di bidang persenjataan, namun Indonesia telah memutuskan untuk mengambil posisi abstain karena terdapat beberapa ketentuan di dalam Traktat yang tidak sejalan dengan posisi dasar Indonesia.
Berbagai ketentuan dalam Traktat tersebut, sebagaimana ditegaskan pihak Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, tidak memberikan keseimbangan yang utuh antara kepentingan negara eksportir dan negara importir.
Sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, dalam Traktat ini negara-negara eksportir telah diberikan kewenangan penuh secara sepihak untuk menilai terdapat atau tidaknya potensi bahwa transfer senjatanya dapat saja digunakan dan atau memfasilitasi pelanggaran HAM. Hal ini terungkap saat Menlu RI Marty Natalegawa menggelar jumpa pers bersama dengan Menlu Australia Bob Carr, Menhan Australia Stephen Smith MP dan Menhan RI Purnomo Yusgiantoro di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu, 3/4
Dengan posisi abstain tersebut, di satu pihak mencerminkan dukungan bagi adanya pengaturan global perdagangan senjata, namun di lain pihak tetap membuka kemungkinan untuk bergabung setelah dilakukan kajian yang lebih mendalam oleh seluruh pemangku kepentingan dalam negeri. Hal ini diperlukan guna memastikan bahwa kepentingan nasional khususnya di bidang alutsista akan terjamin. Traktat ini akan mulai terbuka untuk ditandatangani oleh negara-negara anggota PBB sejak tanggal 3 Juni 2013.
Sayangnya, setelah pembahasan selama 7 tahun, Traktat tersebut tidak dapat disepakati secara konsensus sehingga diadakan pemungutan suara dan disahkan di Majelis Umum PBB pada tanggal 2 April 2013.
Meskipun Indonesia sejak awal telah terlibat aktif dalam pembahasan Traktat dan mendukung penuh pengaturan internasional di bidang persenjataan, namun Indonesia telah memutuskan untuk mengambil posisi abstain karena terdapat beberapa ketentuan di dalam Traktat yang tidak sejalan dengan posisi dasar Indonesia.
Berbagai ketentuan dalam Traktat tersebut, sebagaimana ditegaskan pihak Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, tidak memberikan keseimbangan yang utuh antara kepentingan negara eksportir dan negara importir.
Sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, dalam Traktat ini negara-negara eksportir telah diberikan kewenangan penuh secara sepihak untuk menilai terdapat atau tidaknya potensi bahwa transfer senjatanya dapat saja digunakan dan atau memfasilitasi pelanggaran HAM. Hal ini terungkap saat Menlu RI Marty Natalegawa menggelar jumpa pers bersama dengan Menlu Australia Bob Carr, Menhan Australia Stephen Smith MP dan Menhan RI Purnomo Yusgiantoro di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu, 3/4
Dengan posisi abstain tersebut, di satu pihak mencerminkan dukungan bagi adanya pengaturan global perdagangan senjata, namun di lain pihak tetap membuka kemungkinan untuk bergabung setelah dilakukan kajian yang lebih mendalam oleh seluruh pemangku kepentingan dalam negeri. Hal ini diperlukan guna memastikan bahwa kepentingan nasional khususnya di bidang alutsista akan terjamin. Traktat ini akan mulai terbuka untuk ditandatangani oleh negara-negara anggota PBB sejak tanggal 3 Juni 2013.
Korut Pindahkan Peluru Kendali ke Pantai Timur
Korea Utara memindahkan peluru kendali jarak menengah ke pantai timurnya, kata Korea Selatan pada Kamis.
Sementara Amerika Serikat memperkuat pertahanan rudal Pasifik-nya di tengah ancaman meningkat dari Pyongyang.
Menteri Pertahanan Seoul Kim Kwan-Jin mengatakan peluru kendali itu
dapat mencapai "jarak jauh", tapi tidak sampai ke daratan Amerika
Serikat.
"Pemindahan itu mungkin bertujuan untuk melakukan uji tembak atau pelatihan militer," katanya kepada para anggota parlemen. Korut yang marah terhadap sanksi-sanksi PBB dan pelatihan militer
AS-Korsel, mengeluarkan serangkaian ancaman perang nuklir dalam
pekan-pekan belakangan ini.
Pada Kamis pagi militernya mengatakan
mereka telah mendapat persetujuan akhir bagi aksi militer terhadap
Amerika Serikat, yang mungkin melibatkan senjata-senjata nuklir.
"Momen ledakan segera mendekat, kata staf umum, menanggapi apa yang
disebutnya tindakan AS yang menggunakan pembom-pemobo siluman B-52 dan
B-2 yang berkemampuan nuklir dalam pelatihan perang dengan Korsel.
Agresi AS akan "dihantam dengan serangan nuklir dari berbagai ukuran," katanya dalam satu pernyataan.
Sekjen PBB Ban Ki-moon Kamis mengemukakan kepada Korut agar
menghentikan ancaman-ancamannya, memperingatkan bahwa salah perhitungan
dapat membawa pada satu hasil yang sangat menyeramkan.
Ia dalam satu
jumpa wartawan di Madrid mengatakan keamanan setia hari dan
laporan-laporan kemanusiaan dari Pyongyang "benar-benar membahayakan dan
menyusahkan".
"Ancaman nuklir bukan satu permainan, itu sangat serius," kata Ban kepada wartawan.
"Saya kira mereka bergerak terlalu jauh dalam retorika mereka dan saya
prihatin bahwa jika salah menilai, salah perhitungan... ini akan
memberikan dampak paling serius," katanya.
Sambut Tim Dunia, ISL Bakal Libur Lagi?
Minsera.Blogspot.com * Menanggapi
rencana tim-tim besar dunia yang akan mengunjungi Indonesia, CEO PT
Liga Indonesia, Djoko Driyono, mengungkapkan akan merencanakan
penjadwalan ulang Indonesia Super League.
"Ada beberapa catatan soal tim-tim besar yang akan datang ke Indonesia.
Karena itu, perlu Liga Indonesia menyiapkan opsi rescheduling," kata
Djoko saat ditemui di kantor PSSI di Jakarta, Jumat (5/4/2013).
Opsi itu, kata Djoko, diperlukan mengingat ekspektasi publik yang menginginkan tim Indonesia diisi oleh pemain-pemain utama.
"Semua ingin first team dari Indonesia, dan itu mempunyai dampak
terhadap kompetisi. Nah, kita ingin koordinasinya diujung," lanjut
Djoko.
Kompetisi ISL sendiri akan diakhiri pada akhir April dan
akan baru mulai minggu kedua Mei. Jeda kompetisi itu akan diisi dengan
masa evaluasi kompetisi.
"Bisa dipastikan, pada masa evaluasi
kompetisi pada awal Mei nanti, akan memudahkan bagi kita melakukan
rescheduling," tutur Djoko.
Mengenai pertemuannya dengan PSSI
hari ini, Djoko mengaku hanya membicarakan hal biasa terkait kelanjutan
keputusan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 17 Maret 2013 lalu.
"Nggak, koordinasi biasa, khususnya yang perlu ditindaklanjuti dari KLB
kemarin. Kita mendengar PSSI mau menggelar rapat exco. Posisi kita
proaktif memberikan informasi agar rapat exco nanti berjalan
komperhensif," tutup Djoko.
CR7 Ternyata Sudah Hafal Surat Al Fatihah
Ronaldo dapat berposisi sebagai bermain sebagai sayap kiri atau kanan serta penyerang tengah. Kini Ronaldo bermain untuk tim Spanyol, Real Madrid dan untuk tim nasional Portugal. Sebelum bermain untuk Real Madrid, ia pernah bermain di Sporting Lisboa dan Manchester United (MU). Pemain yang kerap bernomor punggung 7 di lapangan hijau ini juga akrab dengan sebutan CR7, gabungan dari inisial namanya dengan nomer punggungnya.
Beberapa waktu yang lalu, media terbesar dan terpercaya Spanyol 'Marca' memberitakan jika rekan Ronaldo satu timnya, Mesut Ozil, pemain muslim asal jerman yang berdarah turki ini, memberi kesaksian, Jika Cristiano Ronaldo sudah hapal huruf hijaiyah, dan juga sudah hapal surat favoritnya, yaitu surat Al- Fatihah.
Ronaldo membenarkan kesaksian dari Ozil, "Banyak yang tidak percaya kalau saya mengagumi Al-Quran, tapi memang begitulah kenyataannya, setiap Ozil membaca Al-Quran, saya senantiasa merasa damai, dan hati saya pun menjadi sejuk," kata Ronaldo kepada Media Spanyol.
Mesut OziL juga membenarkan perkataan Ronaldo, "Cristiano Ronaldo selalu menunggu saya selesai Sholat di rest room, saya tahu dia ingin mendengar saya mengaji," timpal Ozil.
Cristiano Ronaldo, kembali berkata, "Saya sudah hafal Al-Fatihah, mungkin nanti saya akan minta diajarkan berwudhu, saya sangat senang," kata Ronaldo
Subscribe to:
Posts (Atom)