Monday, 1 July 2013

RBU-6000 : Peluncur Roket Anti Kapal Selam Korvet Parchim TNI AL


* Minsera.Blogspot.com * RBU-6000 terpasang pada korvet Parchim TNI AL di 16 kapal perang, dimana pada masing-masing kapal dilengkapi dua peluncur RBU-6000 kaliber 213mm.


Di lingkungan TNI AL, RBU-6000 punya umur pengoperasian yang lebih muda ketimbang Bofors SR375A. Ditambah daya hancur RBU-6000 cukup besar, ini lantaran jenis peluncur ini memiliki 12 laras roket yang dapat melakukan tembakan secara single maupun salvo. Sistem peluncur pun hebatnya dapat melakukan sistem reload amunisi secara cepat dan otomatis.

Sosok senjata yang sangar ini boleh dibilang menjadi sajian favorit TNI AL dalam gelar-gelar latihan tempur, seperti pada level Latihan Gabungan TNI. TNI AL cukup beruntung memiliki jenis senjata ini, sebab RBU-6000 termasuk senjata anti kapal selam di era Perang Dingin yang cukup diandalkan oleh negara-negara pakta Warsawa. 

RBU-6000 mulai dioperasikan oleh AL Uni Soviet pada tahun 1960-1961. Adaptasi RBU-6000 cukup luas, tidak hanya kelas korvet, jenis frigat hingga destroyer juga lazim mengandalkan RBU-6000.

Analisis : Ini Alasan Indonesia Harus Memiliki Squadron SU-35 BM


* Minsera.Blogspot.com *  Pameran Industri penerbangan dan kedirgantaraan Paris Air Show ke 50, muncul dengan berbagai kejutan sekaligus kekecewaan. Ketika Negara-negara lain tampil lesu hanya dengan penerbangan static, jet tempur Sukhoi SU-35s Russia meliuk-liuk, mencuri perhatian dan mengejutkan para pengunjung.
Manuver tingkat tinggi dan akrobatik yang ekstrim dari SU-35s yang menghiasi langit Kota Paris berhasil memonopoli pembicaraan di ajang Paris Air Show 2013. Bahkan secara berseloroh mereka mengatakan UFO over Paris?.

Setelah Rusia mempertontonkan jet tempur tercanggih mereka di Perancis, media-media barat setuju bahwa jet terbaru Rusia Su-35s buatan Sukhoi masuk ke kelas fighter terbaik dunia.
SU-35 usai taxi untuk melakukan demonstrasi terbang saat Paris Air Show di Le Bourget Airport dekat Paris (Reuters / Pascal Rossignol)
SU-35 usai taxi untuk melakukan demonstrasi terbang saat Paris Air Show di Le Bourget Airport dekat Paris
Media barat menyebut demonstrasi Su-35s di Paris Air Show merupakan puncak dari ajang pameran dirgantara dunia itu. Perdebatan-perdebatan yang muncul di media menyimpulkan mesin perang Rusia yang baru dengan berbagai manuver akrobatiknya, menunjukkan tidak ada pesawat lain yang mampu menyamai performa Su-35s.

Kepala Air Combat Commad Amerika Serikat, Jenderal Hal Hornburg mengatakan pesawat Rusia itu telah membuktikan lebih baik dalam manuver dan pendeteksian, sehingga memiliki kemampuan untuk menghantam sasaran lebih dulu. Kondisi ini menjadi “a wake-up call” bagi U.S. Air Force.

“Kita mungkin tidak bisa lagi terdepan dalam teknologi penerbangan militer seperti yang kita bayangkan. SU-30MKI lebih baik dari F-15C yang merupakan tulang punggung Angkatan Udara AS.  Di masa yang akan datang pesawat Rusia  akan menghadirkan ancaman bagi air superiority AS”, ujar Hornburg, seperti yang dikutip USA Today.
Time to Rock and Roll (REUTERS/Pascal Rossigno)
Time to Rock and Roll
Pugachev's Cobra
Pugachev’s Cobra
Frolov Chakra
Frolov Chakra

Su-35 memperlihatkan manuver pada badan pesawat maupun mesin. Menurut Direktur NPO Saturn, Yevgeny Marchukov, mesin Su-35 dibangun berdasarkan mesin AL-31F yang digunakan Su-27, namun memikili daya dorong lebih besar menjadi 14,5 ton, dibandingkan 12,5 ton mesin SU-27,ditambah lagi lebih irit konsumsi bbm.


Hal ini membuat mesin bukan hanya lebih cepat tapi juga lebih maneuverable dan membuat pesawat dapat membawa senjata yang lebih banyak. Mesin yang disebut   “first stage” ini akan dipasang diproduksi model pertama jet tempur T-50. Mesin “second stage” akan membawa T-50 semakin mendekati kemampuan mesin F-22 Raptor AS dan sedang dikembangkan Rusia. Saat berada di Paris Air Show Marchukov mengatakan mesin baru untuk T-50 itu, hampir rampung.


Untuk menunjukkan kehebatan Su-35 pihak Rusia sengaja menerbangkan Su-30MK mendampingi jet baru Su-35 dengan tujuan membandingkan karakteristik daya dorong dari kedua jet tempur itu. Demonstrasi ini menunjukkan Su-35 secara meyakinkan mengalahkan kemampuan pendahulunya. Menurut sang pilot,  Su-35 memberikan keunggulan terhadap fighter lainnya selama pertempuran udara.


Su-35 memiliki cockpit generasi 5G yang telah menghilangkan peralatan analog. Tidak seperti Su-27, jet tempur baru ini memiliki dua layar LCD besar yang menampilkan data yang dibutuhkan yang ditampilkan dalam mode picture in picture (multi layer). Mirip dengan game flight simulator, sang pilot dapat memilih tampilan mode 3-D untuk melihat relief bumi maupun lokasi dari sasaran. Sebagian informasi juga bisa dikirimkan ke helm pilot.
Atraksi Sukhoi Su-35 di Paris Air Show 2013 (Alex Davies / Business Insider)
Atraksi Sukhoi Su-35 di Paris Air Show 2013

Drive kontrol hidrodinamik telah diganti dengan yang listrik dan hal ini meringankan tugas pilot. Dengan kata lain, komputer akan menentukan kecepatan dan mode terbaik untuk menghadapi sasaran, termasuk memberikan waktu yang paling tepat bagi pilot untuk menggunakan senjatanya.


Pilot tidak diperkenankan membuat satu kesalahan pun. Komputer akan menon-aktifkan manual control serta menunjukkan kepada pilot kesalahan apa yang telah diperbuat. Su-35 memiliki kemampuan beberapa mode terbang independen tanpa pilot dan secara terus menerus memeriksa status kelayakan pesawat. Jika sang pilot tidak bisa mengontrol pesawat dalam beberapa alasan, pesawat Su-35 secara otomatis akan mengeluarkan/ melontarkan pilot.



Su-35 merupakan jet tempur pertama yang menggunakan sistem navigasi SINS yang tidak dimiliki jet tempur lainnya. Sistem tersebut mengumpulkan dan menganalisa informasi penerbangan dan membantu pilot untuk membawa kembali pesawat tersebut ke pangkalannya. System SINS ini menggabungkan receiver GPS dan GlONASS namun bisa juga bekerja sendiri-sendiri.



Su-35 juga dilengkapi tampilan radar advance yang didisain untuk T-50 PAK FA. Hanya jet tempur F-22 Raptor AS yang dilengkapi sistem radar sejenis. Radar Su-35 mendeteksi berbagai target dari jarak ratusan kilometer, mampu menjejak 30 target dan menembakkan rudal ke 10 sasaran tersebut dengan hanya memencet  satu (kali) tombol.



Rusia tertinggal dari AS dalam pengembangan jet tempur 5G, sejak AS membangun F-22 tahun-tahun lalu. Su-35 memang generasi di bawahnya karena masih 4G++. Namun dengan penampilannya di Paris, orang akan memiliki gambaran seperti apa jet tempur T-50 PAK FA yang memasuki skala produksi penuh tahun 2015 nanti. Alasan inilah yang diduga sebagai motif Rusia menunjukkan kemampuan Su-35 di Paris Air Show.
SU 35 Paris Air Show 2013 (huanqiu.com)
SU-35 Paris Air Show 2013 (huanqiu.com)
SU-35 Paris Air Show 2013
Su-35 Le Bourget Airport, Paris Air Show asitimes.blogspot.com)
Su-35 Le Bourget Airport, Paris Air Show
Su-35 Le Bourget Airport, Paris Air Show asitimes.blogspot.com)
Su-35 Le Bourget Airport, Paris Air Show
Su-35 Le Bourget Airport, Paris Air Show (asitimes.blogspot.com)
Su-35 Le Bourget Airport, Paris Air Show

Ajang pameran dirgantara Le Bourget memberikan kesuksesan politik, ekonomi maupun militer bagi Rusia untuk menghadapi pesaingnya AS. Sama halnya dengan F-22 Raptor, T-50 PAK FA tidak akan diekspor oleh Rusia. Satu pesawat Raptor seharga 133 juta USD, sementara T-50 PAK FA jauh lebih murah dan biaya operasinyapun sangat murah (pretty penny). Harga sebuah SU-35 dibandrol 30-38 juta USD dan akan menjadi versi eksport yang menggiurkan dengan label Jet tempur 5G minus.

Sukhoi Su-35 merupakan jet tempur kategori 4G++, yang mana the real 5G fighter (PAK FA) T-50 (Prospective Airborne Complex of Frontline Aviation) sedang dibangun Rusia untuk merespon F-22 Raptor AS yang masih bergelut dengan ujicoba. T-50 terbang perdana tahun 2009 dan memasuki skala produksi penuh tahun 2015. Sebelum PAK FA muncul, Su-35 akan akan dijadikan oleh pilot Rusia sebagai media pelajaran sebelum transisi ke PAK-FA.


Sumber: 
 JKGR

Agustus 2013 TNI AU Kedatangan 4 Super Tucano Baru


* Minsera.Blogspot.com * Kualitas penerbang tempur TNI AU akan semakin baik.  Sebab, pesawat latih yang digunakan juga semakin canggih. 

Mabes TNI AU memborong 16 pesawat latih Super Tucano dari Brasil yang akan datang bertahap ke Indonesia. 

"Sekarang sudah ada empat di Skadron 21 Lanud Abdul Rachman Saleh Malang. Bulan Agustus nanti akan datang empat lagi," ujar Dirjen Perencanaan Pertahanan Kemhan Marsekal Muda Henry B Sulistyo, Sabtu (29/6).
 
Jumat (28/06) lalu rombongan tim Kemhan yang dipimpin Wamenhan Sjafrie Sjamsoedin datang ke Malang melihat pemeliharaan Super Tucano sekaligus melakukan cek persiapan kedatangan armada baru. 


Menurut Sulistyo, TNI AU menargetkan 16 unit sudah bisa beroperasi secara full pada tahun depan. "Jadi delapan " delapan, tahun ini delapan, tahun depan paling lambat September sudah pas jumlahnya," katanya. 


Total nilai kontrak pembelian  16 buah Super Tucano itu mencapai Rp 2, 7 triliun rupiah. "Kita yakin para penerbang di Malang termasuk crew daratnya bisa menjaga asset negara yang cukup mahal ini," kata mantan Kadispen AU itu. 


TNI Angkatan Udara dan Embraer Brasil  menandatangani kontrak pembelian delapan Super Tucano di Pameran Dirgantara Farnborough, Inggris, pada 10 Juli 2011. Termasuk di dalam kontrak satu unit simulator untuk pelatihan para pilot Angkatan Udara.  Empat pesawat dengan cocor merah bergerigi yang sekarang sudah stand by di Malang  sudah memakai nomor regristrasi TT-3101, 3102, 3103 dan 3104. 


Sebelum dikirim ke Indonesia, tim gabungan Kementerian Pertahanan dan TNI AU yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Alit Erbawa tiba di fasilitas produksi Embraer untuk memeriksa pesawat pesanan. Pemeriksaan meliputi dokumen, pencocokan komponen pesawat, interior pesawat, pengecatan dan uji terbang. Khusus uji terbang dilaksanakan oleh pilot Embraer dan Komandan Skadron Udara 21 Mayor Penerbang James Yanes Singal. 


Pemeriksaan di darat mencakup kondisi fisik pesawat, pemeriksaan instrumen pesawat sebelum dan sesudah mesin dinyalakan, serta pemeriksaan kendali pesawat selama proses lepas landas dan mendarat. 


Uji terbang dilakukan di ketinggian 25.000 kaki untuk pemeriksaan beberapa sistem pesawat yang meliputi sistem bahan bakar, tekanan udara, auto pilot, mesin, navigasi, komunikasi, landing gear, serta pendaratan pesawat yang didahului dengan beberapa manuver.
 

Nama Super Tucano melejit sejak Operasi Phoenix Angkatan Udara Kolombia pada 2008. Pesawat Super Tucano milik Kolombia berhasil menewaskan pimpinan pemberontak FARC, Raul Reyes, dalam suatu serangan lintas perbatasan ke Venezuela.
 

Pesawat ini memang digunakan di sejumlah negara Amerika Latin. Misalnya, Republik Dominika, Kolombia, Ekuador, dan Chile. Selain Indonesia, Brasil pun mengekspor pesawat ini ke Angola, Burkina Faso, dan Mauritania.
 

Dilengkapi mesin tunggal turboprop, Super Tucano memiliki kemampuan mengenai target dengan sempurna.  Dua senapan mesin dipasangkan pabrikan Embraer  Brasil, pada sayap serta 5 hardpoint di sayap dan fuselage untuk mengangkut rudal, roket atau bom seberat 1,5 ton. Pesawat ini pun didesain untuk melakukan serangan anti-gerilya, pengintaian, dan patroli.
 

Pesawat tempur turboprop memiliki fungsi yang berbeda dengan pesawat jet seperti F 16 atau Sukhoi SU 30. Pesawat turboprop mampu terbang rendah dalam waktu yang lama, sehingga cocok untuk anti-gerilya. Biaya operasi tidak tinggi, perawatan murah, dan bisa mendarat di landasan pacu sederhana.

Sumber: 
JPNN 

Ancaman Mereda, Jepang Siap Tarik Misil Patriot


* Minsera.Blogspot.com * Jepang dipastikan menarik misil-misil Patriot PAC-3 yang dikerahkan di sekitar Kota Tokyo. Keputusan itu dilakukan karena ancaman misil balistik Korea Utara (Korut) sudah mulai mereda.

Status darurat mengenai ancaman misil Korut akan segera dicabut pada hari ini. Meski demikian, Pemerintah Jepang masih enggan berkomentar lebih lanjut mengenai masalah itu. Demikian, seperti diberitakan Associated Press, Jumat (28/6/2013).

Seperti diketahui, Jepang mengerahkan sistem pertahanan misil PAC-3 di sekeliling Tokyo. Negeri Sakura cukup khawatir, keberadaan Misil Musudan milik Korut bisa mengancam kedaulatan Jepang. Musudan juga diklaim bisa menghantam target sejauh 3.500 kilometer.

Pada April lalu, intelijen Korea Selatan (Korsel) memprediksi, Korut akan segera melakukan uji coba misil di bulan itu. Korut juga mengeluarkan pernyataan yang berisikan ancaman serangan ke Jepang.

Negeri komunis Korea itu tidak akan ragu menembak Jepang bila mereka menyaksikan aktivitas Pasukan Beladiri Jepang yang mencurigakan.

Jepang yang dipimpin oleh partai konservatif langsung bertindak usai mendengar laporan itu. Selain mengerahkan PAC-3 ke Tokyo, mereka juga mengerahkan senjata serupa di Pulau Okinawa.

Beberapa kapal tempur Aegis yang dilengkapi perisai misil juga mulai terlihat di perairan Jepang. Pasukan Beladiri Jepang turut diinstruksikan untuk menembak jatuh setiap misil yang melesat dari Korut.


TNI AD Ajukan Rp6 Triliun Beli Helikopter Serang dari AS


* Minsera.Blogspot.com * Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan Mabes TNI AD telah mengajukan tambahan anggaran khusus senilai Rp6 triliun untuk pembelian sejumlah helikopter serang Apache dari Amerika Serikat beserta persenjataannya.
”Pemerintah Amerika Serikat sudah menyetujui pembelian helikopter Apache. Sekarang sedang proses negosiasi harga,” ungkap di Semarang, Sabtu (29/6/2013).
Sebab harga satu unit helikopter Apache sangat mahal yakni senilai US$40 juta atau sekitar Rp388 miliar. ”Saat ini tim khusus dari Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI AD, sedang melobi pemerintah Amerika Serikat mengenai harga helikopter Apache,” imbuhnya.
Keberadaan skadron Apache itu, kata Menhan, untuk melengkapi kekuatan militer Indonesia dalam menjaga kedaulatan negara.
”Selain TNI AD, TNI Angkatan Laut juga menyiapkan helikopter antikapal selam dan membuat armada perusak kapal rudal,” ujarnya.

Sumber: 
http://www.solopos.com