Wednesday, 1 May 2013

KASAL TERIMA KUNJUNGAN DUTA BESAR RUSIA



* Minsera.Blogspot.com * Kepala Staf Angkatan Laut  (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Federasi Rusia untuk Republik Indonesia, yang juga menjabat sebagai  Wakil Tetap  Federasi Rusia di ASEAN Mikhail Yurievich Galuzin, di Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (29/04).  

Turut hadir mendampingi Kasal dalam kesempatan tersebut, Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Hari Bowo, S.E., M.Sc., Asisten Pengamanan (Aspam) Kasal Laksamana Muda TNI Ir. I Putu Yuli Adnyana, M.H., Asisten Operasi (Asops) Kasal Didit Herdiawan, M.PA., M.B.A., serta pejabat terkait lainnya. 

Tampak, Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio (kanan), saat bertukar cinderamata dengan Duta Besar Federasi Rusia untuk Republik Indonesia Mikhail Yurievich Galuzin (kiri).




Sumber : TNI

ADA APA GERANGAN ..??
S300/Kilo class/SU35/steregushchy class (project 20382) corvette 

S-300 VERSI IRAN SEGERA LAUNCHING


* Minsera.Blogspot.com * Seorang komandan senior militer Iran mengumumkan pada hari Minggu bahwa negara itu dalam waktu dekat akan menampilkan sebuah sistem rudal pertahanan udara jarak jauh buatan dalam negeri yang mirip dengan S-300 Rusia. 
"Sistem ini disebut sebagai Bavar (keyakinan) 373, sedang dikembangkan di negeri ini, dan akan segera diluncurkan secara resmi," ujar seorang petinggi militer Iran Laksamana Farhad Amiri. 
Dia mengatakan bahwa sistem pertahanan udara Bavar-373 telah mencapai tahapan produksi dan subsistemnya pun telah di uji. 
Awal tahun lalu, para petinggi militer Iran mengumumkan bahwa Iran sedang menguji subsistem sistem pertahanan udara Bavar-373. Komandan Pangkalan Pertahanan Udara Khatam ol-Anbia Brigadir Jenderal Farzad Esmayeeli mengatakan kemudian bahwa tes lab sedang berlangsung untuk subsistem sistem pertahanan udara jarak jauh Bavar-373.
 
Pada akhir September 2012 lalu, Esmayeeli mengatakan bahwa Iran telah menyelesaikan sepertiga dari seluruh tahapan proyek pembangunan sistem pertahanan udara Bavar-373. 
Berbicara kepada wartawan saat kesempatan Hari Pertahanan Udara Nasional di Teheran, Esmayeeli mengatakan bahwa para ahli Iran telah menyelesaikan 30% dari pembangunan sistem pertahanan udara, dan menyatakan harapan mereka agar sistem pertahanan udara Bavar-373 dapat melengkapi Angkatan Bersenjata Iran pada tahun ini.

SAATNYA INDONESIA PERKUAT NATUNA



* Minsera.blogspot.comAmbisi ekspansi klaim teritorial Cina sudah menampakkan inkubasinya dan mulai memberikan rasa gerah pada negara di sekitarnya yang berseteru. Sepertinya dia tidak peduli dengan protes negara tetangganya antara lain Jepang, Vietnam, Filipina dan Malaysia. Cina sedang giat membangun kekuatan milternya dan bercita-cita menjadi kekuatan berkemampuan serbu. Kemampuan untuk itu sudah di depan mata. Manuver armada angkatan lautnya di Laut Cina Selatan sudah membuat Filipina, Vietnam dan Malaysia berteriak kencang. 

Salah satu halaman yang diperebutkan itu adalah perairan Natuna yang notabene adalah pagar terdepan teritori Indonesia. Jika terjadi tawuran bersenjata di halaman itu bukan mustahil pagar rumah kita kena imbas bahkan ikut diobrak abrik. Nah karena ini menyangkut pagar kehormatan bangsa tentu jalan terbaik adalah memperkuat pagar tadi dengan konstruksi “beton bertulang”. Maksudnya pengawal republik dan sejumlah persenjataannya wajib digelar di bumi Natuna. Tidak hanya alat pandang dengar berupa satuan radar dan satuan intelijen tok, tapi alat pemukulnya juga harus ikut dibawa dan disandingkan disana.

Perwujudannya bisa berupa peningkatan status Lanal Natuna menjadi pangkalan utama (Lantamal) dan menjadi salah satu basis kehadiran sejumlah KRI striking force. Demikian juga dengan pangkalan udara Ranai sudah harus tersedia dan menginap ditempat sejumlah jet tempur dan pesawat intai maritim untuk memberikan nilai kewibawaan pada pagar bertulang tadi. Angkatan darat diwajibkan pula menggelar satuan arhanud dengan kemampuan rudal SAM jarak sedang.

Lho emang kita mau perang. Jawabnya tidak. Kehadiran satuan tempur TNI di Natuna justru untuk menjaga agar tidak terjadi konflik sekaligus menjaga kehormatan dan kedaulatan teritori NKRI. Kehadiran sejumlah KRI di Natuna diyakini mampu mengefisienkan biaya operasi patroli gugus keamanan laut atau gugus tempur laut karena dukungan logistik dan amunisi lebih dekat. Tidak seperti sekarang jika satuan patroli tadi melakukan tugasnya, jarak tempuh dan dukungan logistik dari Tanjung Pinang dan Jakarta menjadi bengkak karena jauhnya jarak dan harus isi ulang logistik. Demikian juga dalam hal kecepatan reaksi diperlukan waktu minimal 4 hari untuk sampai di Natuna.

Pergelaran milter dalam ukuran global ketika terjadi perang dingin antara NATO dan Pakta Warsawa, puluhan ribu prajurit dan alutsista di sepanjang garis perbatasan kedua blok cukup mencengangkan. Ribuan MBT, Artileri, Rudal, Jet Tempur, Kapal Perang pada siaga semuanya tapi toh tidak terjadi insiden apalagi konflik terbuka sampai akhirnya salah satu blok militer itu bubar jalan. Jadi gelar militer itu justru memberikan rasa enggan untuk memulai atau mengganggu. Natuna harus dilihat dalam perspektif itu. Perspektif lain adalah kandungan minyak dan gas bumi di kawasan itu yang sangat besar. Itu harus dilindungi.

Sebenarnya ada dua nilai tambah yang diperoleh dengan memperkuat Natuna sebagai basis militer gabungan setingkat brigade. Selain untuk menjaga kewibawaan teritori dari klaim Cina juga menjadi kekuatan yang mampu melakukan blokade militer dari pergerakan militer negara tetangga yang berkepentingan dengan klaim Ambalat. Pergerakan armada angkatan laut negara jiran yang hendak menuju Ambalat jika terjadi konflik terbuka akan mampu dihadang oleh armada barat TNI AL yang berada di Natuna dan Tanjung Pinang.

Perkuatan angkatan laut dengan membentuk tiga armada tempur tentu sangat diharapkan. Lebih dari itu pengisian KRI striking force adalah formula utamanya yang akan memberikan nilai kekuatan gebuk armada. Saat ini sedang disiapkan penambahan kekuatan. PT PAL dan galangan kapal swasta dalam negeri sedang membangun sedikitnya 20 kapal perang berbagai jenis. Dengan Belanda sedang dibangun 2-3 kapal perang jenis PKR, sementara 3 kapal perang second ex Brunai jenis korvet sedang dipoles sebelum datang di tanah air. Demikian juga dengan pengerjaan 3 kapal selam Changbogo di Korsel sedang dalam proses.

Sejalan dengan pengembangan armada angkatan laut dan pembentukan Kogabwilhan maka Natuna sangat diharapkan menjadi salah satu opsi untuk basis kekuatan militer dengan alutsista pemukulnya. Natuna diyakini akan masuk Kogabwilhan I dengan Sumatera sebagai induknya dan Medan sebagai “Mabesnya”. Lantamal yang ada di armada barat saat ini adalah Tanjung Pinang, Belawan, Padang dan Jakarta. Secara geografi posisi Tanjung Pinang adalah yang terdekat dengan Natuna meski masih harus berlayar sejauh 550 km jarak udara.

Oleh sebab itu diperlukan peningkatan status Natuna dengan menjadikannya sebagai pangkalan utama TNI AL. Kecepatan reaksi salah satu argumennya. Misalnya ada pergerakan armada angkatan laut negara asing di perairan utara Natuna maka satuan KRI yang ada di Lantamal Natuna lebih cepat mengantisipasinya. Itu aspek teknis operasionalnya. Lebih dari itu dari aspek strategis menempatkan satuan pemukul KRI, rudal SAM dan jet tempur di kawasan Natuna tentu memberikan nilai kewibawaan bagi bangsa ini. Sudah saatnya kita memperkuat Natuna dan TNI memang harus tampil gagah menjaga kewibawaan negeri ini.

PRESIDEN DIJADWALKAN TINJAU LATGAB TNI DI SITUBONDO


* Minsera.Blogspot.com * Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono dijadwalkan meninjau langsung kegiatan Latihan Gabungan TNI Tingkat Divisi tahun 2013 di Perairan Laut Jawa, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, pada 2-3 Mei.

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono usai melakukan inspeksi kesiapan unsur tempur laut yang terlibat Latgab TNI di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Selasa, mengatakan Presiden dan Wapres akan meninjau latihan gabungan tersebut dari atas kapal perang.

"Seluruh persiapan sudah berjalan sesuai prosedur, baik pasukan maupun peralatan tempur, termasuk dua kapal perang yang akan digunakan oleh Presiden dan Wakil Presiden," kata Agus Suhartono.

Sebelum melakukan inspeksi, Panglima TNI mendengarkan paparan mengenai persiapan pasukan dan peralatan tempur di Ruang Majapahit, Koarmatim, selama sekitar satu jam.

Dalam inspeksi tersebut, Panglima TNI didampingi Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio, Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono selaku Wakil Panglima Komando Tugas Gabungan Latgab TNI, dan sejumlah petinggi Mabes TNI.

Sasaran utama inspeksi Laksamana Agus Suhartono adalah Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Makassar-590 dan KRI Surabaya-591, keduanya kapal dari jenis "Landing Platform Dock" (LPD) yang digunakan untuk mengangkut pasukan dan peralatan tempur.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono rencananya meninjau kegiatan latihan perang yang melibatkan personel dari tiga matra yakni TNI Angkatan Laut, Angkatan Darat dan Angkatan Udara, melalui KRI Makassar, yang sekaligus menjadi kapal markas selama Latgab TNI. Sedangkan Wapres Boediono memantau melalui KRI Surabaya.

Setelah menyaksikan pendaratan dan penyerbuan pasukan Korps Marinir di Pantai Banongan, Situbondo, Presiden dan Wapres bersama jajaran petinggi TNI dari ketiga angkatan direncanakan meluncur dari atas kapal perang menuju wilayah pantai dengan menggunakan tank amfibi jenis LVT-7 buatan Korea Selatan.

"Latihan perang di Situbondo ini merupakan latihan pendahuluan yang kemudian dilanjutkan latihan lapangan di Sangatta, Kalimantan, Timur dan Bima, Nusa Tenggara Barat, hingga 29 Mei 2013," papar Panglima TNI.

Sumber: 
Antara