Monday 10 March 2014

Krisis Ukraina dan Penggunaan Senjata Non-Militer


* Minsera.Blogspot.comPepatah kuno China mengatakan “Pena lebih tajam dibanding Pedang”, dan rupanya makna itu yang akhir- akhir ini sedang dipertontonkan oleh Obama dan Putin dalam menyiasati krisis Ukraina terutama di Crimea. Pepatah itu, kini berkembang bukan hanya dalam bentuk penulisan di berita, mengirim fitnah atau melakukan politik devide et impera, namun juga melalui kekuatan lain yang lebih dahsyat: Ekonomi. 

Selama beberapa dekade ini, Amerika sukses merepresentasikan pepatah tersebut dalam memaksakan hegemoni atas Negara-negara yang ditekannya. Iran, Syria, Irak, Libya, termasuk Indonesia, Panama dll adalah Negara-negara korban bully ekonomi si polisi dunia itu. Kini, senjata tanpa sisi tajam itu kembali digunakan Obama untuk menekan Putin agar menarik tentaranya dari Crimea dengan ancaman embargo dan blockade ekonomi atas Rusia. Dan apa balasan Putin, menggunakan senjata yang sama untuk saling menggertak!.

Kremlin Saat mengumumkan ancaman ekonomi, tampaknya para penasehat Obama lupa akan 1 hal, bahwa Amerika kini bukan lagi satu-satunya Negara adidaya bidang ekonomi, sebaliknya justru pasien yang sedang sakit menahun jika tidak mau dikatakan sekarat.

Dan pion catur ini digunakan dengan sangat baik sekali oleh Putin, dengan mengancam balik akan menjual semua obligasi (utang pemerintah USA) ke pasar internasional. Ancaman ini, jika benar dilakukan, dapat mengancam stabilitas ekonomi dalam negeri Amerika.

Federal reserve bagaimanapun akan harus membeli kembali entah langsung ke pengusaha- pengusaha Rusia yang memegang obligasi tersebut, atau membeli lebih mahal lagi ke pasar internasional yang berarti mengalirkan dollar lebih banyak lagi ke luar negeri. Melimpahnya dollar di luar, berarti supply berlebih, menyebabkan dollar jatuh ke ambang batas yang belum pernah diperkirakan sebelumnya. Ini berarti inflasi yang luar biasa tinggi di pasar domestik Amerika mengingat kini mereka adalah Negara importir murni dengan sebagian besar import berasal dari Negara- negara BRICS.

Masih belum cukup, Putin menggerakkan 1 pion lagi dalam catur gaya Ukrainian ini dengan ancaman memaksa perusahaan- perusahaan Rusia yang berhutang agar tidak membayar hutangnya. Pion catur ketiga diluncurkan minggu lalu, yaitu bersiap dengan desakan kepada semua Negara mitra dagang untuk tidak menggunakan dollar dalam perdagangan dengan Rusia.

Masyarakat ekonomi Eropa, 90% pasti akan mematuhi desakan tersebut jika tidak ingin kehilangan gas, minyak dan batu-bara serta mineral dari Rusia. Sebagai informasi tambahan, Negara- negara timur-tengah dan amerika selatan sudah lama menerima perdagangan dengan Rubel dan Yuan sebagai mata uang pertukaran dengan Rusia.

Jadi, bagaimana dollar dapat bertahan terhadap gempuran the three musketeer pion catur Putin tersebut?
Skakmat! USD Index 1968 – 4 Maret 2014 (Bloomberg) Bagaimana dengan Indonesia?

Dalam skala yang lebih kecil, Indonesia kini juga mulai memainkan peranannya dalam bidang ekonomi atas beberapa masalah regional. Diakui atau tidak, kemajuan ekonomi Indonesia dalam beberapa sisi dan semakin meluasnya peranan Indonesia dalam hubungan internasional membuat kementerian- kementerian terkait dapat menggunakan peluru-peluru yang lebih fleksibel untuk bermain catur dalam kasus-kasus pelanggaran territorial.

Kasus manusia perahu dan pelanggaran wilayah oleh tentara Australia, Alih-alih secara emosi menanggapi secara militer (meskipun TNI- AL tetap menandai kehadirannya di perbatasan selatan), sebaliknya Kemenlu secara cerdik mengalihkannya menjadi isu ketidakbertanggungjaw aban pemerintah Australia atas pencari suaka. Dan memang, Dunia mengutuk tindakan tentara Australia yang menggiring manusia perahu tanpa perikemanusiaan ini.

Peran internasional yang dimainkan pemerintah RI saat ini, semakin mencuat dan menarik simpati dunia. Kasus pembakaran kapal nelayan Papua di PNG beberapa waktu lalu, diduga merupakan ekses dari semakin dekatnya hubungan Indonesia dengan Negara-negara Melanesia di samudera Pasifik. Kini TNI sudah berbenah. Persenjataan semakin lengkap dan gahar. Di pihak lain, perekonomian semakin stabil dengan ketersediaan sumber daya dan SDM yang cukup dalam 20-30 tahun ke depan.

Kemajuan-kemajuan ini harus disikapi secara cerdik dan bijaksana oleh semua kementerian. Hal yang paling jelas terlihat dari permainan catur oleh Kemenlu adalah pengakuan dari pengamat internasional di Australia sendiri yang membandingkan Menlu mereka sebagai junior yang menghadapi senioritas Marti Natalegawa (beliau berangkat dari jenjang karir, bukan orang partai politik). Bidang Hankam dan Kemenlu merupakan salah satu kebijakan pemerintahan SBY yang paling berhasil menjalankan fungsinya dewasa ini.

Semoga pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat terus dipertahankan sehingga dapat menyediakan banyak variable yang dapat digunakan dalam percaturan politik dunia, dan semoga pemimpin yang nanti terpilih dapat memanfaatkan orang- orang yang berkualifikasi tinggi sesuai bidangnya untuk menduduki posisi-posisi strategis.

Bukannya dengan menempatkan wakil-wakil partai koalisi akibat politik transaksi.

0 comments:

Post a Comment