Wednesday 31 July 2013

China Menilai Indonesia Negara Yang Penting dan Strategis


* Minsera.Blogspot.com * Presiden China Xi Jinping menilai Indonesia adalah negara yang penting dan strategis sehingga hubungan kedua negara yang selama ini telah berjalan baik terus dipertahankan dan bahkan akan ditingkatkan di semua sektor.

"China di bawah kepemimpinan baru Presiden Xi menganggap bahwa hubungan kedua negara selama ini sudah berjalan baik dan langkah maju akan terus dilakukan di masa datang," kata Duta Besar China untuk Indonesia Liu Jianchao kepada pers di kediamannya di Jakarta, Selasa.
Dikatakan Liu, Presiden Xi sebenarnya sudah sangat lama mengenal dan pernah beberapa kali berkunjung ke Indonesia, saat dia masih menjabat gubernur Provinsi Fujian.

"Jadi sebenarnya Indonesia bukanlah negara asing bagi Presiden Xi," katanya.

Dikatakan, sekalipun sejak diangkat menjadi presiden baru China menggantikan Hu Jintao sudah berlangsung beberapa bulan lalu dan sampai kini belum berkunjung ke Indonesia, namun Presiden Xi tetap menilai Indonesia sebagai sahabat dan mitra yang penting.

Menurut rencana, kata dubes, Presiden Xi akan hadir dalam KTT APEC di Bali pada Oktober 2013 dan diharapkan dalam kunjungan tersebut bisa melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Salah satu indikasi Indonesia di mata China sangat penting dan strategis, kata dubes, adalah Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam lawatan pertama ke luar negera, negara yang dikunjungi adalah Indonesia.

"Setelah melakukan kunjungan ke Indonesia Menlu Wang Yi juga telah beberapa kalu bertemu dengan Menlu Marty dalam berbagai kesempatan pertemuan di berbagai negara," katanya.
Dubes Liu menilai hubungan bilateral Indonesia-China saat ini berada dalam kondisi yang sangat bagus mengingat hampir semua sektor sudah dikerjasamakan.

"Kerjasama bukan saja untuk tingkat darat, laut dan udara saja tapi untuk ruang angkasa pun kedua negara sudah jalin kerjasama," kata dubes.

Sejak ditandatangani Kemitraan Strategis 2005, kata Liu, sampai sekarang hubungan bilateral tumbuh sangat pesat yang ditandai dengan dilakukannya sejumlah kesepakatan tidak saja soal ekonomi tapi juga militer, politik, senia dan budaya.

"Pokoknya hampir semua bidang sudah dikerjasamakan antara kedua negara dan itu akan terus ditingkatkan," kata Liu.


Sumber: 
Antara

Menhan Dalami Soal Penyadapan Presiden SBY


* Minsera.Blogspot.com * Menteri Pertahanan dan Keamanan, Purnomo Yusgiantoro mengaku belum memahami detil kebenaran kabar yang menyatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat disadap ketika menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara-negara G-20 di London, Inggris pada tahun 2009 lalu.

"Kami sedang melakukan pendalaman. Karena itu baru rumor, jadi lebih baik kita 'cooldown' dulu, beritanya dari mana. Kita belum tahu. Kita ingin tahu lebih dulu siapa yang sebar," ujarnya kepada wartawan di sela-sela buka puasa keluarga besar Kementrian Pertahanan di Gendung Kemhan, Jakarta Pusat, Selasa (30/7).

Menurut Purnomo, sebaiknya media jangan terbawa rumor, sebelum mengetahui kebenaran berita tersebut. Pasalnya menurut Purnomo, saat dirinya bersama Presiden SBY melakukan kunjungan di Inggris, justru tak ada media yang menanyakan soal isu tersebut.

"Pada waktu itu kita tinggalnya di Istana Buckingham, dan media sana juga tidak ada yang mempertanyakan itu. Jadi kita masih lakukan pendalaman sekarang itu berita dari mana siapa yang menyampaikan dan itu katanya dari media Australia, saya sendriri baru balik dari Australia dan tidak ada media yang mempertanyakan itu, bahkan waktu itu saya mengadakan press conference itu. Tapi tidak ada pertanyaan soal itu," jelasnya.

Hingga kin kata Purnomo, Kemhan belum bisa menyatakan bahwa penyadapan itu benar-benar terjadi. Kemhan akan berkoordinasi dengan Direktorat Intelijen untuk memastikan pemberitaan tersebut.

Sebelumnya media-media Australia, mengutip Edward Snowden, bekas analis badan intelijen Amerika Serikat (CIA) yang kini melarikan diri ke Rusia, memberitakan bahwa AS dan Inggris menyadap komunikasi Presiden SBY di London. Informasi hasil sadapan itu kemudian dibagi dengan Australia.

Media yang memberitakan adalah kelompok Fairfax Media yang membawahi The Age dan The Sydney Morning Herald.

Australia dalam hal ini hanya menerima keuntungan dari hasil sadapan itu. Sementara yang melakukan penyadapan disebutkan adalah intelijen AS dan Inggris.


Sumber: 
 BeritaSatu