Tuesday 5 November 2013

Pelajaran dan Bukti Kehebatan Dari Kapal Selam U209/1300 Milik TNI AL Di Laut Mediterania


* Minsera.Blogspot.comSampai periode awal tahun 90-an, 
TNI-AL masih cukup membanggakan bila dilihat dari arsenal tempurnya, 
salah satu indikatornya hingga masa itu hanya Indonesia satu-satunya
negara di Asia Tenggara yang memiliki armada kapal selam.

Dominasi armada kapal selam Indonesia di kawasan Asia
Tenggara telah dimulai sejak eratahun 60-an, dimana saat itu TNI-
AL mengoperasikan 12 unit kapalselam kelas Whiskey buatan Rusia.

Tapi lain dulu lain sekarang, dominasi Indonesia dalam armada
kapal selam telah tumbang, pasalnya Singapura dan Malaysia
kini sudah mempunyai armada kapal selam dalam jumlah yang
jauh lebih banyak dari yang dimiliki TNI-AL. Singapura negeri
super kecil ini justru telah punya 4 unit kapal selam kelas Sjoormen
buatan Swedia, sedang Malaysia kini juga memiliki 2 unit kapal 
selam kelas Scorpene buatan Prancis.



Meski tak lagi jadi ”pemain” yang dominan di kawasan Asia
Tenggara, kekuatan armada kapal selam TNI-AL masih cukup
disegani, walau hanya memiliki 2 unit kapal selam saja. Tumpuan
TNI-AL yakni kapal selam dari type 209/1300 yang dibuat oleh
galangan kapal Howaldtswerke di Kiel, kawasan Jerman Barat. 

Type 209 TNI-AL mulai dipesan Indonesia pada tahun 1977, 
dan baru pada tahun 1981 mulai bertugas memperkuat armada TNI-
AL dengan panggalannya di Lanal Dermaga Ujung, Surabaya.
Kedua kapal diberi nama KRI Cakra (401) dan KRI Nanggala (402).

Angka 4 menunjukkan identifikasi divisi kapal selam. Sebelumnya di
era tahun 60an, TNI-AL juga menggunakan kode yang sama
untuk identifikasi 12 unit kapal selamnya. Untuk kemudahan
identifikasi, kedua kapal disebut sebagai kapal selam kelas Cakra.
Kapal selam type 209 terbilang cukup laris di pasar internasional,
salah satu prestasi kapal jenis ini mampu mengusik gugus tempur
angkatan laut Inggris saat perang Malvinas di Atlantik Selatan.
Setelah menembakan torpedo yang sayangnya tak meledak, type 209
Argentina berhasil lolos dari upaya sergapan setelah 60 hari kucing- 
kucingan, dan bisa kembali ke pangkalan dengan selamat.

KRI Cakra digerakan oleh motor listrik Siemens jenis low-speed
yang disalurkan langsung (tanpa gear pengurang putaran) melalui
sebuah shaft ke baling-baling kapal. Total daya yang dikirim
adalah 5000 shp (shaft horse power), tenaga motor listrik datang
dari baterai-baterai besar yang beratnya sekitar 25% dari berat
kapal, baterai dibuat oleh Varta (low power) dan Hagen (Hi-power).
Tenaga baterai diisi oleh generator yang diputar 4 buah mesin diesel
MTU jenis supercharged.

Saat menyelam kapal selam menggunakan tenaga listrik, hal
ini membuat pengoperasinnya bebas bising, senyap sehingga tak
mudah terdeteksi sonar dari kapal musuh. Saat kapal berada di
permukaan baru diaktifkan mesin diesel, sekaligus tahap untuk proses
re charging baterai.

Persenjataan KRI Cakra terdiri dari 14 buat torpedo SUT (surface and
underwater torpedo) 21 inchi buatan AEG dalam delapan
tabung. Torpedo jenis ini dapat dikendalikan secara remote.
KRI 
Cakra dan Nanggla juga kerap digunakan untuk menunjang misi
intelijen dan observasi. Dalam beberapa kesempatan, kapal selam
ini juga digunakan sebagai wahana transportasi bagi pasukan katak.


Seorang pasukan katak dapat dilontarkan dari lubang tabung
torpedo, sangat pas untuk misi infiltrasi. Keberadaan kapal selam tak bisa
dilepaskan dari fungsi periskop, KRI Cakra mengandalkan periskop
dengan lensa buatan carl zeiss.

Sedang untuk snorkel dibuat oleh Maschinenbau Gabler, keduanya
merupakan pabrikan asal Jerman. Secara teknis KRI Cakra memiliki
berat selam 1,395 ton. Dengan dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x
5,5 meter. Sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 21,5 knot.
Diawaki oleh 34 pelaut. Mampu menyelam hingga kedalam 500
meter. Sonar yang digunakan adalah jenis CSU-3-2 suite.
Karena hanya memiliki 2 unit kapal selam, pengoperasiannya
dilakukan secara bergantian.

Spesifikasi Teknis Kapal Selam
Type 209 1100 1200 1300 1400 1500

Displacement (submerged) 1,207 t
1,285 t 1,390 t 1,586 t 1,810 t

Dimensions 54.1×6.2×5.9m
55.9×6.3×5.5m 59.5×6.2×5.5m
61.2×6.25×5.5m 64.4×6.5×6.2m

Propulsion Diesel-electric, 4 diesels, 1 shaft
5000 shp 6,100 shp (4,500 kW)

Speed (surface) 11 knots (20 km/h)
11.5 knots

Speed (submerged) 21.5 knots 22
knots 22.5 knots

Range (surface) 11,000 nmi (20,000
km) at 10 knots (20 km/h)

Range (snorkel) 8,000 nmi (15,000
km) at 10 knots (20 km/h)

Range (submerged) 400 nmi (700
km) at 4 knots (7 km/h)

Endurance 50 days
Maximum depth 500 m

Armament 8x 553 mm torpedo
tubes
* 14 torpedoes
* Optional UGM-84 Harpoon
integration

Pada tahun 1980 ketika saat itu kapal selam type U 209 milik TNI
AL baru saja dibeli oleh pemerintah Indonesia di bawa dari
Kiel Jerman Barat menuju sarangnya di Pangkalan Ujung
Surabaya, pada saat itu pula negara-negara NATO juga sedang
melakukan latihan perang anti kapal selam di laut Mediterania.


Dan kawasan laut Mediterania ini pula merupakan kawasan jalur
pelayaran laut kapal selam U 209 milik TNI AL tersebut. Dan ketika
kapal selam U 209 tersebut melintasi laut Mediterania dalam
posisi moda menyelam. Kemudian pada saat melakukan moda
menyelam dan melintasi laut Mediterania yang tengah diadakan
latihan perang anti kapal selam oleh NATO sementara awak kapal
selam U 209 kita belum mengetahui kalau sedang ada
latihan perang tersebut di atas permukaan para awak mendeteksi
adanya banyak pancaran sonar dari kapal-kapal permukaan. Dan
karena tidak paham dengan situasi di atas permukaan maka para awak
kapal selam U 209 memutuskan untuk melakukan perubahan moda
dari menyelam ke moda muncul di permukaan. Dan pada saat muncul
di permukaan kapal selam U 209 TNI AL muncul di tengah-tengah
konvoi kapal perang Angkatan Laut negara-negara NATO.

Dan dari kejadian tersebut diketahui bahwa kapal-kapal
permukaan Angkatan Laut negara-negara NATO tidak ada satupun
yang mendeteksi kehadiran kapal selam U 209/1300 milik TNI AL dan
singkat kata kedua belah pihak baik TNI AL dan Angkatan Laut
negara-negara NATO sama-sama terkejut.

Dan dari kejadian di atas tersebut telah membuktikan bahwa kapal
selam U 209/1300 milik TNI AL benar-benar senyap dan tidak bisa
dideteksi dengan sonar oleh kapal permukaan milik negara-negara
Angkatan Laut NATO yang tergolong modern dan sangat maju.
Selain kisah di atas masih ada lagi kisah kehebatan U 209 kita di tahun 1986.

OPERASI "CAKRA SEHAT" (2 April
86 s/d 15 Juni 86)

Ini adalah operasi membawa KS KRI Cakra 401 type U 209 ke
Jerman untuk Perbaikan Besar rute-rutenya adalah:

Surabaya - Jakarta
Jakarta - Colombo (Srilangka)
Colombo - Jibouti (di Afrika)
Jibouti - Port Suez - Port Said
(Mesir)
Port Said - Cadiz (Spanyol)
Cadiz - Hamburg - Kiel (Jerman)  

Perjalanan ini membawa KS KRI Cakra yang sudah banyak
kerusakan, tidak mempunyai periskop navigasi karena periskop
navigasinya diberikan ke KRI Nanggala 402 yang periskop
navigasinya rusak tersangkut jaring nelayan, jadi KRI Cakra 401 hanya
mengandalkan periskop serang saja. Tapi KS KRI Cakra 401
membawa torpedo lengkap sesuai dengan isian penuhnya
Perjalanan Surabaya - Jakarta ditempuh dalam waktu 2 hari.

Perjalanan Jakarta - Colombo ditempuh dalam 16 hari melalui
penyelaman maupun permukaan..

Perjalanan Colombo - Jibouti ditempuh dalam waktu 18 hari dan
pada etape ini mulai ada gangguan tehnis yaitu Baterai
mulai banyak yang drop dengan cepat, jadi kapal sering melakukan
snorkeling untuk mengisi baterai, pada saat itu masuk Bulan
Ramadhan dan sebagian besar ABK tetap menjalankan ibadah puasa 
walaupun diberi dispensasi untuk tidak melaksanakannya.

Perjalanan Jibouti - Port Suez - Port Said ditempuh dalam waktu
12 hari dalam etape ini KS melewati terusan Suez.

Port Said - Cadiz ditempuh dalam waktu 22 hari, di sekitar selatan
Pulau Kreta Yunani, Juru Sonar mendengar ada suara baling-
baling berjarak sekitar 30 menit dari KS. KS yang saat itu sedang
snorkeling mengisi Baterai langsung menghentikan snorkeling
dan bersiap menyelam lebih dalam lagi. Jam 3 pagi terdengar
"ping" (sonar aktif) tanda KS sedang dideteksi oleh kapal lain.

Karena bukan suasana perang komandan kapal memerintahkan
untuk timbul ke permukaan dan disambut oleh gelegar 2 pesawat
F14, ternyata KS memasuki daerah latihan NATO. Segera bendera
MERAH PUTIH dikibarkan dan ada 2 fregat satu dari Spayol dan satu
dari Portugal mendekat "what ship...?" tanya mereka, dijawab
dengan kode internasional "This is PKOB the Indonesian Man of War",
"Destination Cadiz Spain".
Setelah KS merapat di Cadiz ternyata 2
fregat itu tetap mengikuti dan ikut merapat dibelakang KRI Cakra 401.

Cadiz - Hamburg - Kiel dalam etape ini masuk waktu Idul Fitri, sholat
Ied dilaksanakan di ruang CIC dalam kedalaman 75m dpl
mungkin ini satu-satunya sholat ied dibawah laut (dalam KS)
khotbah Ied dibawakan oleh Serda Lasiman. Memasuki selat Inggris
periskop satu satunya yang berfungsi mendadak tidak
berfungsi karena tidak ada aliran listrik ternyata ada pin konektor
yang putus kemudian diakali oleh awak kapal dengan mengganjal
dengan jarum pentul dan berhasil, singkat kata KS akhirnya masuk ke
Kiel dan naik dok HDW...komentar orang HDW "kok kapal masih
"bagus" begini sudah dibawa kemari?" sambil geleng-geleng
kepala dan mengacungkan jempol. Jawab ABK "Katanya setelah 5
tahun harus overhaul" .

Menurut pejabat di HDW tidak ada KS yang dibawa langsung ke
Jerman biasanya akan dinaikkan ke atas kapal atau ditarik dengan
kapal tunda.....TABAH SAMPAI
Akhir