Wednesday 22 May 2013

Menhan: Leopard Pesanan Indonesia Sudah Disesuaikan dengan Kondisi Tropis


* Minsera.Blogspot.comJakarta - Tank Leopard yang dibeli oleh pemerintah Indonesia dari Jerman, disebut sudah mengalami penyesuaian agar main battle tank tersebut cocok digunakan untuk negara tropis. Selain itu, menurut Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro, Indonesia cukup beruntung, karena dengan anggaran untuk 44 tank baru, akhirnya memperoleh hingga 150 tank, dengan 100 main battle tank dan sisanya tank medium Marder.
"Kalau 44 itu brand new, tapi (yang sekarang) bekas. Tapi sudah dimodifikasi. Mereka itu terpakai untuk daerah tropis, karena itu namanya Leopard RI karena sudah di-adjusted yang bisa dipakai di daerah tropis," kata Purnomo, di kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa (21/5).
Hal tersebut disampaikan Menhan menyusul lolosnya kontrak pembelian tank Leopard, yang diperkirakan akan tiba di Tanah Air pada bulan Oktober mendatang.
"Tadinya dengan uang sama, kita hitung hanya dapat 44 brand new. Tetapi dengan uang yang sama, (dapat) 100 main battle tank, terus kita dapat lagi sekitar 50 medium battle tank, sehingga jumlahnya 150-an," kata Purnomo lagi.
Meskipun dilakukan penyesuaian terhadap negara tropis, namun kemampuan Leopard itu, kata Purnomo pula, akan tetap sama. "Ini malah menguntungkan," tegasnya.
Hal yang sama pun, menurut Purnomo, ada pada proses pembelian pesawat F-16 dari Amerika Serikat (AS). Indonesia menurutnya, awalnya akan membeli pesawat brand new sebanyak 6 buah. Tapi dengan F-16 yang tidak baru namun masih bisa digunakan dan dimodifikasi, Indonesia bisa mendapatkan lebih dari 6 unit.

Pantsyr S-1 dan S-300 Kombinasi Maut Arhanud TNI *Semoga*


* Minsera.Blogspot.com * Melihat perkembangan persenjataan yang terjadi disekitar RI dan aspek lain yang mengikuti seperti kebutuhan akan penting kekuatan pertahanan demi menjaga keamanan domestik dan menjaga keutuhan kedaulatan dari ancaman yang muncul karena perkembangan situasi yang dinamis. 

Menyusul kampanye modernisasi kekuatan militer RI sesuai pedoman Minimum Essential Forces (MEF), ketiga matra TNI pelan namun terarah sudah mulai menunjukan adanya perubahan dalam alutsista masing2 matra. 

TNI AU sudah memiliki proyek pembelian T-50 GE, Airbus C295, SuperTucano, dan lainnya, TNI AD sedang menjajaki pembelian 8 unit AH 64 D Apache Longbow, 114 biji Leopard dan 50 IFV Marder, Rudal StarStreak, dll kemudian TNI AL masih berkutat dengan program penambahan KCR, Frigate, Kapal Selam, selain itu uji coba rudal Yakhont juga ikut menambah daya serang TNI AL.



Mari kesampingkan dulu ribetnya proses pembelian alutsista canggih untuk TNI, yang baru wacanasaja udah banyak yang protes dan koar2. 

Federasi Rusia melalui perusahaan penjualan senjata Rosoboronexport sudah menawarkan kepada TNI dan Kemhan alutsista Rudal anti serangan udara jarak pendek Pantsyr-S1 dan jarak menengah S-300. 

Kebutuhan akan modernisasi untuk sistem pertahanan udara nasional sudah sangat layak untuk  segera di lakukan, Pantsyr-S 1 (NATO: SA-22 Greyhound) memiliki kemampuan maut untuk menangkis berbagai jenis senjata: pesawat tempur, helikopter, roket, peluru kendali, precision-guided munition hingga UAV. Pantsyr S1 juga bisa menghancurkan  light-armoured ground targets. 

Dibanding saingan sejenisnya, Tunguska M1 (NATO SA-19 Grison), diperkirakan Pantsyr-S1 lebih presisi akurasinya karena menggunakan sistem yang lebih baru seperti Sistem pertahanan dan persenjataannya dapat diaktifkan dalam beberapa mode frekuensi serta mampu beroperasi pada multimode adaptive radar-optical control system. Pantsyr-S1 juga didesain untuk menghancurkan target berkemampuan high-precision weapons.



pesifikasi umum Pantsyr-S 1 :


Produsen : KBP Instrument Design Bureau, Tula. Dirakit oleh Ulyanovsk Mechanical Plant, Ulyanovsk, Rusia.
Power : Mengangkut 2 rudal 57E6 Surface to Air dengan hulu ledak  16 kg, berat 65kg , kecepatan maksimum 1,1 km/ detik, daya jangkau 1 – 12 km.
Mobility : bisa dipasang di truk The Ural-5323  8×8 atau di kendaraan lapis baja berantai  (tracked).
User : Rusia, Uni Emirate Arab, Suriah.
Tepat rasanya bila TNI mampu memiliki alutsista pertahanan udara ini, selain mengganti persenjataan hanud yang udah usang, Pantsyr-S1 makin menambah kepercayaan diri Arhanud TNI dalam melindungi kedaulatan udara nasional dan backup pendukung pergerakan kavaleri lapis baja. 

Jika TNI berminat memboyong beberapa Pantsyr-S1 sebaiknya memilih 2 platform sekaligus, menggunakan roda biasa (truk) untuk digunakan ditempat2 dengan kondisi medan mudah dijangkau seperti perkotaan dan kendaraan berantai (tracked) untuk dengan medan yang sulit.



Selanjutnya ke Alutsista yang berlevel lebih tinggi sehingga bisa memberikan efek deterens ke lawan meski senjatanya belum digunakan. Sistem pertahanan udara Jarak Jauh/Menengah, S-300. 

Rosoboronexport Rusia juga sudah menawari RI untuk membeli S-300 nya, meski masih belum ada tanda2 persetujuan Kemhan dan TNI untuk memasukan ke dalam daftar belanja MEF. Pemerintah RI sudah pernah belajar bahwa untuk mengcover wilayah udara RI tak cukup dengan upgrading dan penambahan Radar canggih. 

Apa artinya bila kita memiliki mata dan telinga yang tajam, namun tidakmemiliki tangan dan kaki untuk bertindak. Jangan sampe Indonesia kecolongan lagi seperti insiden F-18 Amerika yang se enak udelnya ngubek-ubek kedaulatan udara RI diatas pulau bawean. 

Melalui TNI AU dengan armada F-16 memang masih diandalkan untuk menghalau kucing nyasar, tapi sampai saat ini peran Arhanud masih minim, belum terdengar kabar apapun tentang sepak terjang Arhanud dalam menghalau ancaman udara asing. 

Cukup dimaklumi karena persenjataan Arhanud sudah sangat perlu di restorasi. Selain ancaman pelanggaran udara, Arhanud juga diperlukan untuk melindungi pergerakan satuan darat seperti Tank Leopard 2A6,Heli Serbu MI-35, MLRS, Skuadron UAV dan artileri medan. Kehadiran Pantsyr-S1 rasanya belum cukup mengcover semua, adanya sistem rudal jarak menengah/jauh bisa memberikan daya lindung yang lebih maksimal.

Ada banyak varian S-300 yang ditawarkan rusia, beberapa kandidat seperti S-300P (NATO : SA-10 Grumble), S-300P/M (NATO : SA-10d/e), S-300 F (NATO :SA-N-6) atau bila mau bisa sekalian ambil varian terbarunya, S-400. 

Saking hebatnya kehadiran S-300, Ibukota Rusia, Moscow menempatkan sekitar 80 baterai S-300 untuk melindungi penduduk dan aset-aset berharga di Ibukota. 

Sedang untuk menjaga perbatasannya, Rusia mengandalkan pasukan S-400 nya. Terbukti, lengkapnya perlindungan udara Rusia di segala penjuru wilayahnya membuat ekspansi NATO ke Eropa Timur tak akan mudah. 

Untuk memperkuat sistem pertahanan nasional serta memberikan efek deterens bagi pihak yang ingin mengganggu kedaulatan NKRI, baterai-baterai S-300 bisa ditempatkan di titik-titik vital, seperti Ibukota RI, Perbatasan Malaysia di Kalimantan, Perbatasan Australia di NTT dan Merauke, dan sebagainya menyesuaikan dengan tingkat ancaman yang ada.


Asal ada kemauan kuat, dukungan dari semua elemen di tanah air, upaya untuk memiliki sistem pertahanan udara handal bukan hal mustahil, uang kalau dicari pasti ada tinggal aspek politicalnya. Jika Iran memiliki hambatan untuk memiliki S-300 karena loby Israel di Rusia, Indonesia sepertinya juga akan memiliki hambatan dari Paman SAM demi menjaga keunggulan militer anak angkatnya, Singapura.  

Kehadiran Pantsyr S1 dan S-300 dalam jajaran alutsista RI jelas akan meningkatkan Arm race di kawasan ASEAN dan mengubah strategi geopolitik negara kawasan. Pihak yang paling getol merespon pastinya Malaysia dan Singapura, uji coba roket RHAN lapan saja bikin mereka berkeringat. 

Bisakah TNI memiliki sistem pertahanan udara yang capable dan unggul, kita tunggu saja......!!!!

Sumber:
http://indo-defense.blogspot.com/2013/05/pantsyr-s-1-dan-s-300-kombinasi-maut.html

Libatkan 5000 Personil CARAT 2013 di Mulai


* Minsera.Blogspot.com * TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) menggelar latihan gabungan (latgab) bersandi “Cooperation Afloat Readiness and Training” (Carat) 2013 yang dilaksanakan pada 21 hingga 28 Mei 2013.


“Latgab melibatkan 5 ribu personel dari TNI AL US Navy,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Marsetio, usai  membuka latihan di Markas Komando Armada RI Kawasan Barat (Armabar), Jakarta, Selasa.


Latihan yang dilakukan bersama pasukan “United State Pacific Command” ini  juga mengerahkan sejumlah pasukan khusus dan alat tempur canggih  seperti kapal perang, pesawat tempur dan lainnya.


“Kita mengerahkan empat kapal perang, helikopter. Sementara AS mengerahkan tiga kapal perangnya, sehingga diharapkan ada teknik-teknik baru dalam mengatasi teror di laut,” ujarnya.


Menurut Kasal,  latihan itu merupakan kerangka kerja sama bilateral antara Indonesia dengan AS. Latihan ini merupakan latihan kesekian kalinya bersama Amerika, di mana dari tahun ke tahun programnya semakin meningkat.

Marsetio mengatakan, latihan yang diselenggarakan dengan AS rutin tiap tahun digelar, dan bukan disebabkan memanasnya situasi Laut China Selatan.


Latihan bersama ini terdiri dari tahap pangkalan dan tahap laut. Tahap pangkalan lebih bersifat interaksi antara angkatan laut dengan masyarakat, seperti simposium, pelatihan, olahraga, dan kunjungan ke sekolah dasar di Jakarta Utara.


Sedangkan tahap laut meliputi kegiatan latihan tempur di perairan Laut Jawa dan latihan Marinir di Korps Marinir, Antralina, Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi latihan antara lain di Mako Armabar, perairan Tanjung Priok hingga Kepulauan Seribu, serta Tanjung Pasir, Tangerang, Banten.


Materi latihan yang diaplikasikan antara lain peningkatan kemampuan teknis dalam operasi militer perang dan operasi militer selain perang. Secara garis besar, tahap latihan di laut berupa latihan manuver dan peperangan laut oleh unsur kapal perang republikk Indonesia (KRI) dan kapal perang milik US Navy.

Unsur TNI AL yang akan diikutsertakan antara lain KRI Oswald Siahaan-354, KRI Sultan Iskandar Muda-367, pasukan Marinir TNI AL, Koarmabar, dan Pangkalan Utama Angkatan Laut III. Sedangkan unsur kekuatan US Navy adalah kapal USS Tortuga LSD-46, USNS Safeguard T-ARS 50, dan USS Charles Momsen DDG-932