Thursday 16 May 2013

Indonesia Diminta Bantu Korsel Hadapi Korut



* Minsera.Blogspot.com * JAKARTA - Wakil Ketua Parlemen Korea Selatan (Korsel) Park Byeong-Seug meminta Indonesia untuk berperan aktif dalam perdamaian di Semenanjung Korea. Park pun berharap, Indonesia bisa membuat Korea Utara (Korut) memenuhi permintaan Korsel.


Park yang berbicara lewat penerjemah itu mengatakan bahwa pada dasarnya Korsel memiliki dua tuntutan untuk Korut. Bila dua tuntutan itu dipenuhi, maka Negeri Ginseng akan berdamai dengan Korut dan melanjutkan pengiriman bantuannya. Park mengingatkan kembali, negaranya sama sekali tidak menginginkan konfrontasi dengan negara tetangganya sendiri.

"Pada dasarnya, Korsel benar-benar ingin menyakskan perdamaian di Semenanjung Korea dan menjalin hubungan baik dengan Korut. Tetapi sebelumnya, ada dua hal yang harus diyakinkan," ujar Park saat ditemui wartawan usai menghadiri Peringatan 40 Tahun Hubungan Bilateral Korsel dan Indonesia, Jakarta, Hotel Borobudur, Kamis (16/5/2013).

"Pertama, Korut harus menghentikan program nuklirnya dan menaati hukum internasional. Kalau ini dituruti, Korsel akan memberikan seluruh bantuan termasuk bantuan ekonomi ke Korut," imbuhnya.

"Jadi saya berharap, Indonesia sebagai salah satu negara middle power di dunia ini, memberitahu Korut mengenai dua persyaratan itu. Kalau itu dicukupi, Semenanjung Korea akan menjadi lebih baik," tuturnya.

Alasan Park menggantungkan harapan ke Indonesia adalah karena Indonesia merupakan negara terbesar dan paling berpengaruh di ASEAN. Dengan posisi itu, Indonesia pun dihimbau bisa mensosialisasikan masalah ini ke negara-negara ASEAN lainnya demi perdamaian di Korea.

Seperti diketahui, isu nuklir Korut memang masih menjadi sumber kekhawatiran Korsel dan komunitas internasional. Negeri komunis Korea itu masih belum mau menyerah dalam ambisi nuklirnya. Mereka berpendapat, senjata nuklir adalah sebuah harta karun yang tidak bisa digantikan dengan apapun termasuk bantuan ekonomi.

Kerjasama Pertahanan, Mulai Dari Kapal Selam Hingga Rudal


* Minsera.Blogspot.comKomite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) memastikan kerjasama alutsista dengan sejumlah negara terus berlanjut, termasuk dengan Korea Selatan, China serta Turki. Dalam jumpa pers di gedung Kemhan Rabu (15/05) siang, KKIP menjelaskan panjang lebar sejumlah kerjasama yang tengah dan akan berlangsung.

Baru-baru ini terjadi polemik tentang pengadaan Kapal Selam dari Korea Selatan. Untuk menjawabnya Kementrian Pertahanan menyatakan, akan mengamandemen kontrak dengan pihak DSME Korea Selatan. Salah satu amandemen adalah jika sebelumnya kapal selam ke-3 dirakit di PT.PAL, maka pada perubahan ini kapal selam tersebut sepenuhnya dibuat total di Surabaya. Sehingga mulai dari modul, bagian-perbagian hingga perakitan sepenuhnya dilakukan PT.PAL.

Lebih lanjut, ARC juga mendapat penjelasan, Kementrian BUMN sudah mengajukan dana sebesar US$ 150 Juta untuk menambah fasilitas di PT. PAL. Pasalnya fasilitas produksi yang ada tidak dirancang untuk membangun kapal selam, tetapi kapal permukaan saja. DSME sendiri dikabarkan setuju dengan amandemen kontrak, dengan syarat Kementrian Pertahanan menjamin PT.PAL mampu melaksanakannya.

Khusus dengan Turki, Kementrian Pertahanan baru saja memastikan akan melakukan kerjasama pembuatan Tank. Selain Tank, masih ada kerjasama lainnya. Yaitu antara PT.LEN dan Aselsan. Sesuai bidangnya, kerjasama dengan Aselsan adalah pada pengadaan alat komunikasi untuk di perbatasan. 

Prosesnya sendiri sudah dimulai dan sudah masuk tahapan kontrak. Namun tidak dijelaskan alat komunikasi yang dimaksud, yang pasti alat komunikasi yang dibutuhkan adalah yang canggih sehingga anti jamming dan tak bisa diintersept.


Sementara dengan China, Kementrian Pertahanan juga terus melanjutkan kerjasama pembuatan rudal C-705. Saat ini prosesnya sudah masuk tahap feasiblity studies yang dilakukan oleh Kementrian Ristek. Dalam catatan ARC, rudal C-705 ini nantinya akan mempersenjatai kapal perang cepat jenis KCR-40 dan KCR-60 yang jumlah diperkirakan cukup banyak.

Sumber : ARC

Presiden, Menhan dan Jajaran TNI Rapat Terbatas Bahas Pengadaan Alutsista


* Minsera.Blogspot.com * Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro bersama Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dan jajaran pejabat tinggi TNI lainnya, menggelar sidang kabinet terbatas bersama Presiden SBY. Sidang itu membahas soal perkembangan pembangunan kekuatan TNI termasuk pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista). 

"Secara khusus tadi kita melihat peta perkembangan sejak beberapa waktu lalu. Dinamika perkembangan global, dinamika regional, dinamika nasional, dan bagaimana kita harus menyikapi nanti ke depan dalam rangka untuk pembangunan kekuatan TNI," ujar Purnomo usai sidang kabinet di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta (15/5/2013).
 

Purnomo menjelaskan, saat ini pemerintah belum akan melakukan perubahan di tubuh TNI. Menurutnya, pemerintah masih melihat berbagai aspek yang perlu dipertimbangkan di dalam pembangunan kekuatan pertahanan ke depan.
 

"Panglima TNI juga menyikapi sebaiknya ada langkah-langkah yang dilakukan, tapi tetep berpegang kepada konsep kebijakan zero growth policy, kita tidak menambah lagi kekuatan baru personel terutama, karena personel kita cukup besar. Personel kita itu kalau TNI nya sekitar 460 ribu, sipilnya yang ada di kementerian kita itu 60 ribu lebih, cukup besar," kata Purnomo.
 

Ia menambahkan, dalam pertemuannya dengan Presiden dibahas empat agenda seperti Alutsista, Sarana-Prasarana, Sumber Daya Manusia dan Kelembagaanya. Saat disinggung soal pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan), Purnomo mengatakan hal itu masih dalam proses.
 

"Jadi pertemuan bulan depan itu barangkali akan kita tindak lanjuti untuk nanti menyikapi apa yang akan kita lakukan akan kita sikapi. Jadi ini belum tuntas,'pungkasnya.
Sumber : Detik

Menhan: KFX Ditunda karena Indonesia-Korsel Ingin Buat Selevel F-35


* Minsera.Blogspot.comMenteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, proyek kerja sama pembuatan pesawat tempur dengan Korea Selatan tetap berjalan. Hanya, proyek kerja sama pembuatan pesawat Korean Fighter Experiment (KFX) memang ditunda.
"Tidak ada kata-kata batal atau gagal. Itu yang penting. Betul ditunda karena pemerintahannya (Korsel) lagi transisi," kata Purnomo di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (15/5/2013).

Pramono mengatakan, Pemerintah Korsel bahkan berpikir kerja sama dapat ditingkatkan dengan membuat pesawat yang lebih canggih. Pasalnya, kata dia, kedua negara berpikir kebutuhan jangka panjang hingga 15 tahun mendatang.
"Mereka bahkan berpikir untuk meningkatkan (selevel) pesawat F-35 (buatan Amerika Serikat). Kita sudah sampaikan ke pihak Korea, apa pun yang akan dikembangkan, kita ikut. Kita share 20 persen (modal)," kata Purnomo.

Pramono menambahkan, selain kerja sama dengan negara lain, pemerintah juga tengah menambah investasi di PT Dirgantara Indonesia.
Seperti diberitakan, Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menyebut, pembatalan proyek KFX telah merugikan Indonesia sekitar Rp 1,6 triliun. Proyek itu ditandatangani pada 15 Juli 2012 di Seol, Korsel.

Anggaran itu disebut untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan. Sudah ada sekitar 30 orang dari PT DI yang dikirim ke Korsel untuk ikut mendesain pesawat KFX. Dari kerja sama ini, Indonesia awalnya berharap dapat memiliki 50 unit KFX pada 2020.

link: 
http://nasional.kompas.com

Menhan: Beli 114 tank Leopard, Indonesia dapat 50 tank


* Minsera.Blogspot.comMenteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, Indonesia mendapat tambahan 50 tank dari rencana pembelian ratusan tank dari Jerman. Jumlah tersebut didapatkan tanpa menambah beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Tank tambahan tersebut merupakan kendaraan pengangkut personel jenis Marder. "Itu dalam pengadaan di sana (Jerman). Bukan tambahan dana, pengadaan itu dilakukan sesuai dengan alokasi dana yang ada pada kita," kata Purnomo di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (15/5).

Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral era Gus Dur ini melanjutkan, dalam perencanaan yang telah dimasukkan dalam APBN, dana pembelian yang tersedia sebesar USD 280 juta. Dari jumlah itu, Indonesia diperkirakan hanya mendapat 44 unit tank.

"Setelah kita ke sana, kita lakukan negosiasi, ternyata kita bisa dapat 164 unit. Tapi tidak menambah jumlah anggaran," ungkapnya.

Proses pengiriman seluruh tank yang dipesan Indonesia itu dilakukan secara bertahap. Terlebih, Jerman siap untuk segera mengirimkan seluruh pengiriman hingga serah terima.

"Ini yang sedang kita terus (dipotong sendiri). Mereka siap, ya kirim, karena tidak mungkin langsung angkut semuanya," pungkasnya.
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo berharap, seluruh tank yang dipesan dari Jerman segera diterima Indonesia dalam waktu dekat. Terlebih, pengadaan alutsista sendiri masih berjalan lancar sesuai dengan rencana.

"Perkembangan Leopard bahwa perjalanan untuk pengadaan tetap berjalan sesuai dengan rencana. Kita harapkan tahun ini akan datang, ada uji coba misalnya manuver dengan penembakan, kita berharap sebelum 5 Oktober alat-alat itu sudah datang," ujar Pramono.